Masukkan apa yang anda cari di bawah ini

Saturday, September 29, 2007

MENGATASI DAMPAK PSIKOLOGIS DARI TERJADINYA RISIKO

Terjadinya risiko seringkali menimbulkan dampak psikologis tertentu pada orang yang mengalaminya. Orang yang bekerja di kantor dan memiliki ambisi yang begitu besar untuk mencapai puncak karir, seringkali mengalami penurunan semangat yang drastis sewaktu ia mengalami sakit dan harus di rawat di rumah sakit. Anda yang menyetir kendaraan sendiri, mungkin akan pulang dalam suasana hati yang marah sewaktu kendaraan Anda ditabrak oleh kendaraan lain. Anda yang memiliki rumah, mungkin akan menangis sewaktu Anda pulang dan melihat rumah Anda terbakar hanya gara-gara anak tetangga sebelah iseng bermain-main dengan korek api dan minyak tanah.

Itu kalau Anda yang mengalami. Bagaimana kalau orang lain (yang dekat dengan Anda) yang mengalami risiko-risiko tersebut? Pernahkah Anda ditinggal pergi (baca: meninggal) oleh orang yang terdekat dalam keluarga Anda? Orang tua Anda, misalnya. Kakak atau adik Anda, atau mungkin pasangan Anda?

Saya pernah mengalaminya. Ibu saya meninggal dunia waktu saya masih berumur 9 tahun. Saya sendiri tidak mengerti apa-apa waktu itu, dan hanya tahu bahwa keluarga saya sudah ditinggal pergi. Itu saja. Tetapi 3 orang kakak saya menangis tersedu-sedu. Setelah penguburan - saya ingat sekali - salah satu kakak saya mengurung diri dalam kamar selama berhari-hari. Saya, yang masih berumur 9 tahun, pelan-pelan mulai mengerti bahwa ditinggalkan oleh orang yang kita cintai bisa menimbulkan dampak psikologis yang cukup besar. Saya bisa bayangkan, kakak-kakak saya yang waktu itu masih bersekolah tentu saja turun semangat belajarnya. Semangat bekerja ayah saya juga pasti menurun. Dan untuk menunggu pulihnya semangat tersebut, tidak setiap orang membutuhkan waktu yang sama. Ada yang cukup beberapa hari saja untuk bisa pulih kembali, tetapi ada yang berbulan-bulan baru bisa mengembalikan lagi semangatnya.

Semua ini bisa terjadi pada Anda. Kalau Anda mengalami risiko-risiko tersebut, atau orang terdekat Anda mengalami suatu risiko dan Anda juga terkena dampaknya, maka di bawah ini adalah tips tentang bagaimana mengatasi dampak psikologis yang Anda alami. Saya tidak menjamin bahwa tips ini pasti akan bekerja untuk Anda, tapi tips ini memang terbukti bekerja - bagi kebanyakan orang.

1. Menangis atau merenung. Kalau Anda wanita, jangan takut-takut untuk menangis. Kalau Anda pria, jangan malu untuk menyendiri dan merenung. Jangan merasa bahwa Anda tetap wajib harus menunjukkan 'muka senang' kepada keluarga Anda kalau memang suasana hati Anda sedang tidak mood. Bila Anda bekerja, mintalah cuti untuk beberapa hari. Tapi ingat, jangan lama-lama. Life goes on. Hidup jalan terus. Ingatlah selalu 3 kata berikut ini: forgive, forget, and go on.

2. Jangan salahkan siapa-siapa. Memang, kalau rumah Anda terbakar, pasti ada saja hal yang menyebabkan kebakaran itu terjadi. Kompor yang lupa dimatikan, arus pendek, atau yang lainnya. Pasti ada saja penyebabnya. Tapi, kalau risiko sudah terjadi, sekecil atau sebesar apapun itu, jangan salahkan siapa-siapa. Sebab, kalau Anda sudah mulai menyalah-nyalahkan pihak lain, maka hal itu akan berpengaruh pada tindakan-tindakan Anda selanjutnya. Energi Anda akan terbuang percuma karena Anda marah-marah. Tidur Anda menjadi tidak tenang karena Anda gemas memikirkan tentang 'kebodohan' orang lain yang bersalah tadi. Akibatnya, kegiatan yang Anda lakukan sehari-hari menjadi tidak maksimal. Sekali lagi, jangan salahkan siapa-siapa. Pikirkan saja tentang tindakan apa yang akan Anda lakukan selanjutnya.

3. Jangan juga salahkan diri Anda sendiri. Yah, mungkin ada juga kontribusi Anda kenapa suatu risiko bisa terjadi. Tabrakan mobil bisa saja disebabkan karena tindakan Anda yang ngebut di jalan raya. Anda memang salah, tetapi jangan terlalu merasa bersalah dalam hati Anda. Sekali Anda menyalahkan diri sendiri, maka percaya diri Anda akan turun drastis. Energi Anda juga akan terkuras karena tidak habis-habisnya Anda menepuk dahi dan mengatakan, "Tolol sekali saya ini…". Daripada seperti itu, habiskan energi Anda untuk berpikir tentang apa yang akan Anda lakukan selanjutnya.

4. Cari hiburan. Tonton tivi, tonton film, dengar radio, putar kaset. Apapun. Hiburan akan membantu pikiran Anda untuk break sejenak.

5. Kerjakan hobi Anda. Kalau Anda belum memiliki hobi, cari suatu hobi yang bisa membuat pikiran Anda 'terobati'. Kalau Anda sadari, hobi mirip dengan sebuah terapi, yang bisa mengobati 'luka' Anda.

6. Berliburlah kalau perlu. Kalau cara-cara di atas sulit untuk mengatasi dampak psikologis yang Anda alami, maka Anda mungkin perlu berlibur beberapa hari.

Oleh: Safir Senduk
Dikutip dari Mengantisipasi Risiko

Read More......

Friday, September 14, 2007

DIA TETAP BISA JADI SAHABAT

Dikutip dari Tabloid Otomotif

Kapan hari dibahas kalau kartu kredit bukan jalan keluar untuk membeli barang. Itu betul. Tetapi bukan berarti kita sama sekali tak boleh memanfaatkan kartu gesek buat melunasi pembelanjaan lo.

Asalkan tahu caranya, 'duit plastik' itu juga bisa jadi sahabat kok. Untuk itu, kali ini akan dibahas mengenai pemakaian 'kartu utang' itu dalam pembelian. Lalu bagi Anda yang ingin bertanya seputar pengaturan keuangan, baik pribadi maupun usaha, silakan kirim e-mail, faks atau surat ke redaksi. Saudara Eko akan membantu. Iday iday_oto@yahoo.com

Oleh Eko Endarto RFA
Tahu barang apa yang banyak ditawarkan dan biasanya juga paling banyak ditolak di pusat perbelanjaan atau mal? Baju? Enggak. Sepatu? Salah. Kartu Kredit? Ya. Kartu kredit adalah produk yang saat ini banyak ditawarkan dan juga paling banyak ditolak konsumen.

Padahal, kenapa sih harus nolak? Kan dikasih duit. Takut terjebak? Bisa juga sih. Tapi kalau kita menggunakan dengan bijak, kartu ini sangat membantu. Coba simak beberapa tips dan trik aman penggunaan kartu ini.

Rencanakan sumber pembayaran sebelum menggunakan kartu.

Mau gesek kartu? Tunggu dulu. Udah siap belum dari mana uang untuk membayar utang Anda? Kalau berani pake, maka juga harus siap dong untuk membayar. Kalau memang mau pakai gaji, perhitungkan apakah mencukupi untuk membayar utang Anda. Besarnya? Ok, kita ikut aturan bank aja.

Kalau Anda berutang ke bank, mereka akan mensyaratkan agar besarnya cicilan atas utang Anda tidak lebih dari 30% penghasilan Anda. Nah, kalau sekarang aja cicilan Anda sudah 30% dari penghasilan, maka jangan deh menggunakan kartu Anda. Kecuali Anda bisa memperoleh tambahan pendapatan seperti dari usaha sampingan, uang lembur atau insentif Anda.

Misalnya Anda berencana membeli sepasang pelek baru untuk motor Honda Tiger seharga Rp 1 juta. Nah, enggak usah tunggu sampai Anda bisa mengumpulkan uang sebesar Rp 1 juta. Gunakan aja kartu anda. Asal, Anda tahu bahwa tiap bulan selama 5 bulan Anda akan lembur dan harus siap menggunakan uang lembur Anda sebesar Rp 300 ribu untuk bayar kartu. Dijamin deh, pelek idaman bisa kepegang tanpa harus ditelepon bagian remedial (penagih kartu).

Pindahkan ke cicilan tetap.
Tau enggak, di balik banyaknya efek jelek yang mungkin terjadi, ada kelebihan bila Anda memiliki kartu kredit. Yaitu mengubah transaksi kartu kredit menjadi transaksi cicilan tetap. Nah, bagaimana kelebihan ini dapat membantu?

Misalnya, dalam perjalanan pulang ke rumah, Anda melihat spanduk besar tentang pembukaan sebuah toko ban baru yang memberi diskon hari itu sebesar 50%. Mau mampir, tanggung bulan enggak ada uang. Mau nunggu gajian enggak mungkin. Jadi pakai saja kartu Anda.

Tapi kan berbunga? Benar. Utang kartu Anda berbunga dan bersifat bunga berbunga bila kartu digunakan dengan sistem biasa. Karena itu saya sarankan gunakan kartu Anda untuk membeli ban tersebut, kemudian minta penerbit kartu untuk mengubahnya ke sistem cicilan tetap. Dengan demikian Anda mendapat 2 keuntungan besar. Memperoleh diskon sebesar 50% dan juga bunga pinjaman yang lebih kecil karena transaksinya berupa pinjaman dengan cicilan tetap.

Siapkan Down Payment (DP)
Seperti halnya Anda mengambil kredit di tempat lain, alangkah baiknya bila Anda dapat mempersiapkan DP sebelum menggunakan kartu kredit. Hal ini penting karena dengan adanya pembayaran yang besar di awal, akan membuat nilai pinjaman Anda tidak terlalu besar yang akibatnya beban cicilan juga tidak besar.

Misalnya Anda memang ingin mengganti sistem audio mobil dengan yang baru. Pembelian 'mainan' baru ini membutuhkan biaya sebesar Rp 3 juta. Nah, alangkah baik dan bertanggung jawabnya bila Anda telah memiliki uang muka untuk pembelian audio tersebut.

Hal ini memperlihatkan bahwa Anda memang telah memiliki rencana untuk pembelian tersebut. Tentu saja beban bulanan yang harus Anda tanggung tidak sebesar bila total harga audio tersebut menjadi beban Anda. Nah, seberapa besar sih angka yang paling baik kita gunakan untuk DP?

Kita ambil perhitungan para pemberi kredit yaitu bank maupun leasing kendaraan. Untuk kasus-kasus khusus mereka bisa memberikan kemudahan besarnya DP sampai dengan 10% dari harga. Tapi tentu saja dengan tingkat bunga lebih tinggi. Nah, kita juga berlakukan itu. Tentunya kita enggak mau kan, kena bunga terlalu tinggi. Maka sebaiknya sih minimal 30% dari harga pembelian Anda. Mau lebih, oke, tapi kalau kurang dari itu, jangan deh itu akan menjadi beban bagi Anda.

Gunakan untuk manfaat jangka panjang
Kalau tips dan trik di atas sudah bisa dijalankan, ada satu lagi tips dasar yang bisa dipakai. Sebaiknya penggunaan kartu kredit difokuskan untuk transaksi yang memberikan manfaat jangka panjang. Apa lagi ini maksudnya?

Misalnya Anda diberikan dua pilihan kebutuhan untuk saat ini. Yaitu pembelian beberapa aksesori mobil dan yang lainnya adalah pengecatan kembali mobil Anda yang sudah agak kusam. Bila keduanya membutuhkan biaya yang sama, Anda sudah memiliki uang muka dan sudah menetapkan besaran dana untuk disisihkan, nah, kebutuhan mana yang sebaiknya dipilih?

Saran saya sebaiknya Anda memilih pengecatan mobil. Kenapa demikian? Pengecatan merupakan suatu kegiatan yang memberikan manfaat jangka panjang dibanding dengan hanya penambahan aksesori kendaraan Anda.

Periode penggantian cat yang sekitar 2-4 tahunan menjadikan pengeluaran yang dilakukan tidak akan sia-sia. Lantaran walaupun hutang kartu Anda sudah lunas, tetapi manfaat yang diperoleh dari penggunaan kartu itu masih dapat dirasakan.

Bandingkan bila Anda hanya sekadar mengganti aksesori kendaraan Anda yang biasanya bersifat musiman. Hutang Anda belum selesai pun kadangkala musim sudah berganti dan aksesori Anda sudah tidak lagi dapat dipergunakan.

Sejak awalnya, kartu kredit memang dibuat sebagai alat bantu dalam suatu transaksi pembayaran dan bukan diposisikan sebagai tambahan dana yang memberikan kekayaan kepada penggunanya. Oleh karena itu, sama seperti peralatan lainnya, penggunaan yang sesuai fungsinya akan membantu Anda dan penggunaan yang tidak sesuai bisa saja mencelakakan Anda.

Selamat berutang.

Salam,
Eko Endarto
Perencana Keuangan

Read More......