Masukkan apa yang anda cari di bawah ini

Wednesday, February 28, 2007

Arisan : Untung atau Rugi ?

Annisa, seorang lulusan perguruan tinggi ternama baru saja diterima bekerja di sebuah perusahaan. Belum genap sebulan bekerja, ia belum lagi memiliki banyak kenalan disana. Hanya rekan-rekan dari satu bagian saja yang dikenalnya. Dari bagian lain, baru beberapa saja yang sudah diingat namanya dengan baik. Sisanya, “cuma kenal muka tak tahu nama” katanya.

Siang ini ia menerima sepucuk surat di meja kerjanya. Undangan untuk ikut arisan kantor. “Hmm.... lumayan nih, bisa jadi ajang sosialisasi” begitu pikirnya sambil mencatat tanggal dan waktu arisan itu ke dalam agendanya.

Lain Annisa lain pula Komar. Komar sudah sangat lama bekerja di perusahaan tersebut. Bahkan bisa dibilang dia termasuk beberapa orang generasi awal yang sudah bekerja sejak perusahaan itu berdiri. Komar juga ikut dalam arisan itu, walau dengan alasan yang berbeda. Komar ikut arisan dengan alasan belajar menabung katanya. Dan bukan cuma di kantorya saja, ternyata ia juga ikut berbagai macam arisan juga di lingkungannya. Ada arisan keluarga, RT, RW, organisasi, dan sebagainya.

Beda lagi dengan Anne, dia sepertinya paling benci dengan yang namanya arisan. “Ngapain ikut arisan, cuma ajang ngerumpi aja” begitu katanya. Dia juga berpikir bahwa yang namanya arisan tidak memiliki keuntungan sama sekali dari segi keuangan. “Dapetnya kan sama saja dengan jumlah iuran kita. Mending diinvestasikan biar dapet untung”.

Termasuk yang manakah Anda. Seperti Annisa yang ikut arisan dengan tujuan untuk bersosialisasi? Seperti Komar yang ikut arisan untuk balajar menabung? Atau seperti Anne yang menggap tidak untungnya ikut arisan? Sebenarnya, apakah arisan itu menguntungkan atau merugikan sih?

Saya yakin yang namanya arisan sudah tidak asing lagi bagi Anda. Tapi untuk membahasnya lebih lanjut, tak ada salahnya kita kupas dulu seperti apa sih arisan itu. Arisan adalah sebuah kegiatan mengumpulkan uang oleh beberapa orang dengan nilai yang sama. Uang yang terkumpul tersebut kemudian dimenangkan oleh salah seorang dengan cara mengundinya. Pengumpulan uang dan undian ini diadakan rutin secara berkala sampai semua orang mendapatkannya.

Kalau dilihat dari pengertian itu, maka ada beberapa unsur dalam arisan. Pertama yaitu pertemuan yang diadakan secara rutin dan berkala, kemudian pengumpulan uang oleh setiap anggota dengan nilai yang sama, dan pengundian uang untuk menentukan siapa yang mendapatkan uang yang terkumpul tersebut.

Oke, sekarang kita bahas untung ruginya dari setiap unsur tersebut. Pertama, pertemuan yang rutin dan berkala. Inilah alasan kenapa Annisa ikut arisan, sebagai sarana bersosialisasi. Sosialisasi tentunya punya efek positif dan negatif. Positifnya adalah arisan bisa menjadi ajang silaturrahim dengan orang-orang yang sudah Anda kenal sebelumnya. Selain itu, Anda juga bisa mendapatkan teman baru disana. Dan bila Anda jeli, pertemuan arisan bisa juga dijadikan sarana pemasaran dan membuat jaringan. Tapi negatifnya, kadang kala pertemuan arisan bukannya menjadi ajang pertemuan yang baik alih-alih menjadi ajang gosip yang tentunya tidak baik.

Unsur yang kedua yaitu pengumpulan uang oleh setiap anggota dengan nilai yang sama dalam setiap pertemuan. Bagi Komar, ini adalah kelebihan dari arisan yang ia manfaatkan. Yaitu sebagai sarana untuk belajar menabung. Kalau menabung sendiri, seringkali ia tidak berhasil. Seringkali walau sudah dianggarkan tapi uang yang seharusnya ditabung akhirnya terpakai untuk hal yang lain. Dan kalaupun sudah berhasil menyisihkan untuk ditabung, tapi kadangkala masih ditarik lagi kalau tabungannya dipegang sendiri. Tapi yang harus diwaspadai adalah, jangan sampai iuran arisan itu sendiri malah memberatkan bagi Anda.

Terakhir, penyerahan uang yang terkumpul kepada pemenang yang ditentukan melalui pengundian. Kalau Anda punya keinginan untuk membeli sesuatu namun kesulitan untuk mengumpulkan uangnya sendiri, arisan mungkin bisa menjadi solusi bagi Anda. Tapi dengan catatan, Anda tidak benar-benar harus membeli barang tersebut dalam waktu yang sudah pasti. Namanya juga undian, Anda tidak tahu kapan akan menang.

Kalau kita simpulkan, ada beberapa segi positif atau keuntungan dari arisan:

1. Ajang silaturrahim
Kata orang bijak, silaturrahim akan memanjangkan umur. Siapa sih yang tidak mau panjang umur? Ada banyak tips kesehatan untuk memanjangkan umur. Tapi saya rasa masih lebih mudah dan murah untuk bersilaturrahim dengan arisan untuk memanjangkan umur.

2. Mendapatkan kenalan baru
Bagi Anda yang menjadi orang baru di suatu lingkungan atau organisasi, ini adalah sarana yang efektif untuk mendapat kenalan baru. Bukan cuma anggota arisan, terkadang ada juga anggota arisan yang membawa teman atau keluarganya mengikuti pertemuan arisan. Dalam ilmu pemasaran, setiap kenalan akan menjadi captive market Anda.

3. Sarana pemasaran dan membuat jaringan
Kalau Anda perhatikan, dalam setiap pertemuan arisan, selalu saja ada yang membawa barang dagangan untuk dipasarkan disitu. Entah itu makanan, pakaian, bahkan sampai perhiasan. Kalau Anda sesuatu untuk dipasarkan, saya rasa pertemuan arisan bisa menjadi tempat yang bagus untuk memasarkannya. Tidak harus dalam bentuk barang, keahlian Anda pun bisa dipasarkan disana. Dan tidak harus dengan terang-terangan menawarkan jasa karena dengan memperkenalkan diri sebagai penjahit misalnya, Anda secara tidak langsung sudah menawarkan jasa jahitan kepada mereka.

4. Sarana belajar menabung
Ini adalah alasan kebanyakan orang ketika memutuskan untuk ikut arisan, sebagai sarana belajar menabung. Karena biasanya, kalau orang lain yang menagih kita untuk ikut arisan itu akan lebih efektif daripada kita menagih diri kita sendiri untuk menabung.

Tapi seringkali orang lupa, bahwa yang namanya belajar menabung, tidak harus seterusnya, cukup sampai sudah bisa berdisiplin untuk menabung sendiri. Kalau memang sudah bisa menabung sendiri, buat apa lagi pakai arisan sebagai sarana belajar. Kan Anda sudah bisa melakukannya sendiri?

5. Proses perencanaan keuangan
Nah, alasan ini sangat cocok untuk Anda yang punya keinginan untuk membeli sesuatu tapi ga mau repot menyimpan uang sampai terkumpul. Atau malah sengaja ingin mempercepat memilikinya daripada mengumpulkan uangnya dan menunggu sampai cukup. Kalau mengumpulkan uangnya sendiri, kita baru bisa membelinya kalau uangnya sudah terkumpul semua. Tapi dengan ikut arisan, walau tidak pasti, kita kan punya kesempatan untuk bisa memilikinya lebih awal. Tapi ingat, ini undian. Jadi jangan mengandalkan arisan ini kalau kebutuhannya mendesak dan sudah pasti waktunya. Arisan hanya efektif digunakan sebagai sarana perencanaan keuangan kalau yang ingin Anda beli memang tidak terlalu mendesak dan bisa fleksibel waktunya. Dan kalau mau lebih efektif lagi, saya sarankan agar ikut saja arisan barang yang memang sesuai dengan kebutuhan kita itu.

Tapi bagaimana dengan sisi negatifnya? bagaimana dengan pendapat Anne yang menganggap asuransi tidak menguntungkan secara keuangan? Bukankah lebih baik berinvestasi daripada ikut arisan?

Kalau kita lihat, pendapat Anne memang ada benarnya juga. Arisan seringkali jadi ajang ngerumpi daripada pertemuan yang mempererat silaturrahim. Tapi dalam hal ini, saya rasa Anda sendiri yang bisa menilainya dengan memilih organisasi atau lingkungan yang baik untuk ikut arisan.

Dan kalau kita lihat dari segi keuangan, memang arisan tidak memiliki keuntungan, dalam arti uang yang kita tabungkan selama satu putaran sama saja dengan yang kita dapatkan. Bedanya adalah, kalau kita dapat di awal, kita seperti mendapatkan pinjaman yang bisa kita cicil pembayarannya tanpa bunga. Tapi kalau dapatnya di akhir, kita seperti menabung tanpa dapat bunga atau bagi hasil. Walaupun tidak ada keuntungan secara langsung dalam arti ada kelebihan dari uang yang kita tabung, tapi ada satu pelajaran berharga yang bisa petik disana. Yaitu pelajaran untuk bisa secara disiplin menabung. Dan pelajaran ini lebih penting dari keuntungan uang yang tidak seberapa.

Baru setelah Anda bisa menyisihkan uang dengan disiplin, maka arisan ini menjadi kalah menarik jika dibandingkan dengan investasi. Oleh karenanya, saya menyarankan agar Anda tidak mengandalkan arisan untuk belajar menabung lagi kalau memang sudah bisa menabung sendiri. Alihkan dana yang selama ini biasa disisihkan untuk ikut arisan menjadi setoran rutin investasi Anda.

Selamat ikut arisan!! semoga bisa mengambil manfaatnya dan meninggalkan mudharatnya.

Oleh: Ahmad Gozali
Dikutip dari Majalah ALIA

Read More......

Sunday, February 25, 2007

Agar Anggaran Hiburan Tidak Kebablasan

Kali ini, saya akan berbicara tentang hiburan. Ya, bicara tentang hiburan. Tak bisa dipungkiri bahwa hiburan memang tidak pernah lepas dari kehidupan kita sehari-hari.

Memang sih, selama ini hiburan seringkali diartikan secara sempit, seperti nonton film atau nonton konser. Tapi sebenarnya, perlu dipahami bahwa arti hiburan itu sendiri sebetulnya luas lho. Misalnya nih: Anda datang ke bioskop untuk menonton film, itu sudah termasuk hiburan. Anda mendengar musik di radio tape Anda di rumah, itu juga sudah hiburan. Anda pergi ke restoran dan makan bersama teman-teman Anda, itu juga hiburan. Apa lagi? Banyak, kan? Apa pun itu, asalkan sifatnya bisa menghibur diri Anda sendiri, bisa dikatakan sebagai hiburan. Entertaint kata kerennya.

Masalahnya, yang namanya hiburan itu butuh biaya. Katakan saja kalau Anda nonton di bioskop, Anda bisa keluar uang sekitar Rp 10.000 - 25.000 untuk satu orang. Memang sih, kelihatannya cukup murah. Tetapi dalam satu bulan, Anda kan tidak mungkin hanya nonton saja? Coba lihat, apakah daftar pengeluaran hiburan di bawah ini kelihatannya mirip-mirip dengan kondisi Anda atau tidak.

PENGELUARAN HIBURAN SELAMA BULAN FEBRUARI 2004

1.Nonton Bioskop, 2 orang : Rp 30.000
2.Beli CD Musik Original, 2 keping : Rp 80.000
3.Beli Kaset, 3 buah : Rp 60.000
4.Makan di luar 5 kali dalam sebulan
(dengan teman-teman sekantor, pasangan, serta keluarga) :Rp 500.000
5.Beli VCD, 3 buah : Rp 150.000
--------------
Total :Rp 820.000

Lumayan juga, kan jumlahnya? Memang, itu cuma contoh. Beberapa dari Anda mungkin ada yang punya pengeluaran hiburan yang lebih kecil. Tapi pasti banyak juga yang bisa jauh lebih banyak.

Dan tulisan saya kali ini tidak bertujuan untuk menyalahkan pengeluaran yang telah Anda keluarkan untuk hiburan, karena biar bagaimanapun, sebagai manusia biasa, kita juga perlu mengistirahatkan pikiran kita dari pekerjaan sehari-hari yang menumpuk.

Dan hiburan adalah salah satu aktivitas yang bisa kita lakukan. Artinya, hiburan juga bisa membantu kita mengisi baterai kita sebelum kita mengerjakan kembali aktivitas kita sehari-hari. Jadi, apa yang perlu Anda lakukan adalah dengan tetap menge luarkan uang untuk hiburan Anda sehari-hari. Hanya kali ini, cobalah melakukannya secara cerdas. Mari kita bahas satu per satu.

Nonton Film
Pada saat ini, nonton film bisa dikatakan sebagai aktivitas hiburan yang paling banyak penggemarnya. Dunia hiburan film kita pada saat ini masih didominasi oleh film-film Hollywood, mulai dari film drama, suspense, detektif sampai action.

Kalau Anda senang menonton film sebagai sarana hiburan Anda melepas lelah setelah seminggu bekerja, mungkin inilah hiburan yang biasanya Anda lakukan minimal sebulan sekali, mengingat hampir setiap bulannya selalu saja ada film bagus yang diputar. Namun ada cara yang lebih murah adalah menyewa atau membeli VCD jauh lebih murah daripada kalau Anda harus nonton ke bioskop. Iya dong, kalau nonton di bioskop bisa Rp 10.000 s/d 25.000 untuk satu orang, mungkin dengan harga yang sama Anda bisa menyewa 2 atau 3 VCD. Atau, kalau VCD tersebut Anda beli, Anda tinggal menambah beberapa puluh ribu rupiah lagi, dan VCD itu bisa Anda tonton sepuas-puasnya. Jadi, urut-urutan dari yang paling mahal sebagai berikut: Nonton di bioskop (paling mahal), Beli VCD (lebih murah), Sewa VCD (paling murah)

Memang sih, masing-masing pengeluaran di atas ada kelebihan dan kekurangannya. Nonton di bioskop memang mahal, tetapi jelas akan menimbulkan sensasi tersendiri. Suara film yang sangat jernih, keras, dengan layar yang sangat lebar, plus suasana temaram, dengan kelompok orang yang juga menonton bersama-sama Anda dan mengeluarkan ekspresi yang sama dengan Anda, bagi sebagian orang sangat mengasyikkan.

Beli VCD? Jelas tidak akan mendapatkan suasana bioskop, walaupun - kalau VCD yang Anda beli adalah original - mutu gambar yang akan Anda dapatkan biasanya sama bagusnya.

Tetapi ini jelas jauh lebih murah karena filmnya bisa Anda putar berkali-kali sampai VCD Player Anda rusak. Sewa VCD bagaimana? Paling murah memang, tapi Anda paling-paling hanya bisa menontonnya beberapa hari. Belum kalau VCD yang Anda sewa adalah VCD bajakan.

Lalu yang mana yang harus Anda pilih? Berikut sejumlah tips agar kocek Anda untuk nonton film tidak perlu terlalu banyak keluar:

1. Kalau Anda belum pernah menonton film dengan judul tertentu, dan Anda ingin sekali menontonnya, mungkin menyewa VCD bisa jadi yang paling murah. Karena kalau ternyata film tersebut jelek, toh Anda tidak keluar terlalu banyak uang kan?
2. Beli VCD kalau memang Anda yakin bahwa film tersebut cukup baik, dan layak Anda koleksi. Jangan membeli semua VCD dari semua film yang ingin Anda tonton.
3. Sesekali, tetaplah datang ke bioskop. Tetapi jaga jangan sampai berlebihan. Cukup 2 - 3 sebulan. Selebihnya, Anda toh punya VCD Player yang bisa Anda manfaatkan kan?

Dengar Musik
Anda suka musik? Kalau Anda suka musik, Anda mungkin juga menganggap musik sebagai salah satu alternatif hiburan pelepas lelah. Hanya ada dua pilihan untuk mendengarkan musik, beli kaset atau CD.

Kualitas CD memang jauh lebih bagus dibanding kaset, begitu juga harganya, lebih mahal. Nah, tips di bawah ini bisa Anda pakai untuk menimbang-nimbang untuk memutuskan membeli kaset atau CD.

1. Karena harga CD lebih tinggi, tak ada salahnya Anda hanya membeli CD kalau memang Anda yakin bahwa lagu-lagunya cukup enak untuk dinikmati dari sebuah CD. Sayang kan, kalau Anda membeli CD dengan harga yang cukup tinggi tetapi lagu-lagunya biasa-biasa saja.

2. Budget, budget, budget. Anggarkan pengeluaran Anda. Coba batasi berapa pengeluaran maksimal yang akan Anda lakukan setiap bulannya untuk membeli kaset atau CD. Tentu saja, anggaran tidak dibuat untuk membatasi kenikmatan Anda. Tetapi anggaran dibuat agar Anda bisa merencanakan apakah gaji Anda bulan depan akan habis hanya untuk hiburan yang satu ini atau tidak. Coba batasi, mungkin Rp 100 ribu sebulan, 300 ribu sebulan, atau 400 ribu sebulan. Terserah Anda. Yang penting: batasi, dan patuhi batas itu.

Makan di Luar
Wah... tidak bisa dipungkiri nongkrong di kafe/resto seringkali menjadi hiburan pelepas lelah. Mereka datang untuk mencari suasana. Contohnya, kalau Anda pergi bersama teman-teman sekantor, Anda mungkin akan datang ke tempat-tempat yang enak digunakan untuk acara makan ramai-ramai, plus musik yang dimainkan oleh band dengan tiga orang vokalis. Mungkin bukan makannya yang Anda cari, tetapi suasana riuhnya. Atau, kalau Anda pergi bersama keluarga, mungkin Anda akan datang ke resto yang sedikit lebih tenang, karena biasanya anggota keluarga Anda terdiri dari mereka yang umurnya berbeda-beda, dan biasanya anggota keluarga yang tertua tidak begitu menyukai suasana Resto yang terlalu ramai. Bisa juga Anda pergi bersama pasangan, dan Anda mencari tempat yang sangat tenang, temaram dan romantis. Semua itu adalah hiburan, yang tentu saja Anda harus mengeluarkan kocek yang mungkin tidak sedikit untuk itu.

Bicara soal harga, biasanya uang yang harus Anda keluarkan akan sangat bergantung pada tempat yang Anda datangi. Semakin bagus dan mewah tempat itu, biasanya uang yang harus Anda keluarkan akan semakin mahal. Tetapi jangan lupa bahwa hal itu biasanya cukup sebanding, karena suasana biasanya mahal harganya. Tentu saja, saya tidak akan menyarankan agar Anda datang ke tempat yang murah dibanding ke tempat yang mahal, karena biasanya masing-masing tempat makan memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri. Tetapi dibawah ini ada sejumlah tips yang mungkin bisa membantu:

1. Kalau Anda pergi beramai-ramai, jangan lupa bahwa biasanya rombongan Anda tidak terlalu peduli tempat makan macam apa yang akan didatangi: apakah restoran mewah di sebuah gedung perkantoran, restoran fast food di lantai dasar pertokoan, atau tempat makan kaki lima di pinggir jalan. Jadi, kalau Anda pergi beramai-ramai dan harus membayari makan rombongan Anda (atau minimal Anda membayar sendiri-sendiri), jangan menganggap bahwa Anda harus selalu mengajak mereka ke tempat yang mahal. Asalkan bersih, biasanya itu sudah cukup. Tidak perlu yang terlalu mahal. Toh, Anda ingin mendapatkan suasana kebersamaannya, kan?

2. Sama seperti musik, tak ada salahnya pengeluaran ke kafe/resto juga Anda anggarkan. Tidak perlu terlalu sedikit, tetapi juga jangan besar-besar sekali. Paling tidak, Anda perlu pergi makan ke luar sesekali agar tidak bosan terus-terusan makan di rumah. Karena biasanya makan ke luar lebih menuruti kata perut Anda daripada akal sehat Anda. Bagus juga kalau bentuk anggaran Anda ke kafe/ resto tidak dibatasi dalam jumlah uangnya, tetapi dalam frekwensinya. Misalnya, coba batasi pergi ke kafe/resto sekitar 1-2 kali saja seminggu. Itu biasanya akan lebih mudah diingat dan Anda patuhi dibanding kalau bentuk budget itu dalam bentuk uang.

Bagaimana? Mudah-mudahan, setelah ini Anda bisa lebih bijak dalam mengatur kocek untuk hiburan tanpa harus mengurangi kenikmatan dari hiburan itu sendiri. Bukan begitu?

Salam.

Oleh: Safir Senduk
Dikutip dari Tabloid NOVA No. 836/XVI

Read More......

Tuesday, February 20, 2007

Menyiapkan Dana Haji

Labaik…. Allahuma labaik....
Muslim dari seluruh dunia berbagai ras dan suku bangsa datang bondong-bondong menuju ke satu tempat untuk melakukan ibadah haji. Tak peduli kaya, tak peduli miskin, tak peduli dari mana asalnya dan apa pekerjaannya, semuanya berkumpul di tempat yang sama dengan pakaian yang sama dan melakukan hal yang sama. Sungguh, ibadah haji merupakan ibadah yang spesial untuk ummat Islam.

Sebagian besar jamaah yang pulang dari menjalankan ibadah haji merasakan betapa kerinduan mereka begitu tinggi untuk kembali ke sana. Dan bagi yang belum pernah ke sana, namun sudah memiliki niat yang kuat untuk berangkat haji. Biasanya juga memiliki kerinduan yang tidak kalah besarnya untuk segera berangkat ke sana. Mendengarkan pengalaman para haji dan hajjah saja tidaklah cukup, Kerinduan itu hanya bisa diobati dengan datang langsung dan menjalankan ibadah haji sebagai salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan setidaknya sekali dalam seumur hidup.

Namun tidak mudah untuk bisa berangkat haji dan menjadi salah satu tamu Allah. Selain persiapan mental dan fisik yang harus prima, biasanya kendala keuangan menjadi penghalang yang utama. Tidak sedikit jamaah haji asal Indonesia berusia senja di atas umur 40 atau 50 tahun, sebagian mungkin berangkat di usia senja karena baru mendapat hidayah untuk segera berangkat haji, namun sebagian lagi terpaksa menunda karena alasan faktor biaya.

Mumpung masih muda, mari kita kuatkan niat kita untuk segera berangkat haji ke tanah suci. Biaya bukan kendala kalau memang niat sudah kuat membaja. Tinggal bagaimana kita mengatur strateginya saja, supaya bisa berangkat sesegera mungkin dan menunaikan rukun Islam kelima ini.

Perkiraan Biaya

Memang biaya haji tidaklah kecil, apalagi kalau kita amati dari tahun ke tahun ternyata hampir selalu mengalami kenaikan. Sebelum krismon, pada saat nilai tukar rupiah terhadap dollar masih rendah, biaya naik haji masih dibawah angka 10 juta. Namun setelah krisis moneter menghantam Indonesia dan nilai tukar dollar pun melambung tinggi, biaya perjalanan ibadah haji (bpih) pun melonjak sampai di atas 20 juta untuk setiap jamaah.

Kalau kita hitung dengan nilai rupiah, BPIH memang melonjak jauh. Karena sebagian besar komponen biaya memang dikeluarkan di luar negeri yang menggunakan mata uang dollar sebagai standar. Ketika nilai tukar rupiah melemah, maka biayanya menjadi bertambah mahal lagi.

Tentu saja fluktuasi harga ini akan menyulitkan untuk melakukan perkiraan berapa biayanya beberapa tahun yang akan datang jika kita ingin menyiapkan dananya dari sekarang. Oleh karena itu, dalam merencanakan biaya naik haji, gunakanlah perkiraan harga dalam mata uang dollar atau dalam bentuk logam mulia emas.

Kalau dinilai dalam dollar atau emas, biaya perjalanan ibadah haji yang ditetapkan pemerintah berkisar antara US$ 2.500 – 3.000 per jamaah, atau sekitar 250 – 300 gram emas murni. Angka inilah yang bisa kita jadikan sebagai target pengumpulan dana untuk naik haji kelak, insya Allah.

Tabungan Haji

Perbankan memiliki sebuah produk yang dikhususkan untuk nasabahnya yang akan segera berangkat ke tanah suci. Produk seperti ini bisa bermacam-macam namanya. Ada sebagian bank yang menamakannya Tabungan Haji Indonesia, ada juga yang menyebutnya Tabungan Arafah atau Tabungan Mabrur.

Apapun namanya produknya, ini adalah produk tabungan yang bersifat khusus yang diselenggarakan oleh bank. Tabungan ini selain berfungsi sebagai sarana menyimpan uang, juga membantu nasabah dalam hal administrasi pendaftaran haji. Karena tabungan ini khusus dirancang untuk membantu nasabah mempersiapkan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) dengan cara mendaftarkan nasabah langsung ke Departemen Agama secara on-line melalui SISKOHAT (Sistem Komputerisasi Haji Terpadu).

Jika waktu pendaftaran haji sudah dibuka, bank akan mendaftarkan nasabahnya sebagai calon jamaah haji hingga mendapatkan kepastian untuk berangkat pada musim haji berikutnya. Bahkan sekarang ini, pemerintah hanya menerima pendaftaran haji melalui tabungan haji di bank agar bisa serentak dan membatasi quota.

Kelebihan lain dari tabungan haji ini adalah, bank juga dapat memberikan dana talangan pada nasabah yang ingin naik haji tahun itu tapi memiliki kendala arus kas. Bank bisa menyediakan dana talangan pelunasan BPIH sebelum tanggal akhir pelunasan, tentu saja jika bisa dipastikan bahwa nasabah itu mampu untuk mengembalikan dana talangan tersebut sebelum berangkat.

Karena banyaknya fasilitas tambahan yang diberikan, biasanya bank memberikan bagi hasil yang lebih kecil jika dibandingkan dengan tabungan biasa. Bahkan kalau dibandingkan nibah bagi hasil tabungan haji bisa jadi hanya setengah dari nisbah tabungan biasa.

Hal ini biasanya tidak terlalu bermasalah bagi nasabah, karena umumnya niat mereka membuka tabungan haji adalah untuk mendapatkan pelayanan pendaftaran haji, bukan mengharapkan bagi hasil. Yang penting dapat kepastian kursi, bagi hasil kecil tidak masalah. Begitu kira-kira alasan mereka.

Untuk itu, menurut hemat saya, tabungan haji ini tidak efektif jika dimaksudkan sebagai sarana investasi dalam jangka panjang. Produk ini lebih cocok untuk untuk jangka pendek, dengan niat untuk mengumpulkan uang khusus biaya naik haji dan agar tidak terpakai untuk keperluan lain.

Asuransi Haji

Bukan cuma bank yang mengeluarkan produk tabungan khusus untuk ibadah haji, perusahaan asuransi pun tak mau ketinggalan menciptakan produk asuransinya khusus untuk masyarakat yang ingin menyiapkan dana untuk naik haji.

Mekanisme asuransi ini sebetulnya hampir sama dengan asuransi dwiguna lainnya seperti asuransi pensiun atau asuransi pendidikan. Yaitu asuransi yang mengandung unsur proteksi dan investasi. Setiap premi yang dibayarkan sebagian dialokasikan untuk proteksi dan sebagian lagi dialokasikan untuk investasi.

Dengan asuransi haji, kita bisa melakukan penyiapan dana yang lebih terencana dan terjadwal dengan baik. Anda hanya perlu menetapkan target kapan akan naik haji, maka perusahaan asuransi bisa menghitungkan untuk Anda berapa kira-kira setoran yang harus dibayarkan untuk mencapai target tersebut.

Tentunya manusia hanya bisa berencana, namun Tuhan jugalah yang punya keputusan. Jika terjadi hal diluar rencana seperti kematian misalya, asuransi akan memberikan santunan kepada ahli waris. Selain itu, asuransi juga dapat memberikan biaya penyelenggaraan ibadah haji kepada keluarga yang ditinggalkan. Jika sang ayah sudah susah payah mengumpulkan sejumlah uang untuk naik haji namun ajal sudah keburu menjemput, maka istrinya atau anaknya bisa menggantikannya berangkat haji.

Emas

Kalau kita lihat orang-orang tua jaman dulu, mereka bisa pergi haji dengan menjual tanah, emas atau hewan ternak mereka. Itulah alat investasi jaman dahulu, benda-benda yang memiliki nilai yang naik atau setidaknya tidak habis dimakan waktu. Dan yang paling efektif biasanya adalah dalam bentuk emas.

Karena emas memiliki nilai yang stabil jika dibandingkan dengan kenaikan harga (inflasi) dan juga stabil jika dibandingkan dengan nilai mata uang asing, maka emas bisa menjadi alat investasi yang efektif untuk menyiapkan dana naik haji. Selain itu, cara menghitungnya juga mudah saja. Bagi saja target emas 2.500 – 3.000 gram dengan jumlah tahun kita akan berangkat haji.

Sebagai contoh adalah ilustrasi berikut. Pak Adi dan Bu Beti berniat untuk bisa naik haji bersama-sama sekitar lima tahun yang akan datang. Pada saat ini keduanya memiliki simpanan emas sebanyak 50 gram. Maka untuk menghitung berapa gram emas yang harus dipersiapkan oleh keduanya adalah sebagai berikut:

Biaya yang diperlukan = 250 gram x 2 = 500 gram emas
Biaya yang sudah ada = 50 gram emas -
Biaya yang masih perlu disiapkan = 450 gram emas

Tabungan emas = 450 gram = 90 gram/tahun = 7,5 gram/bulan = 5 tahun

Dari perhitungan tersebut terlihat, bahwa kalau Pak Adi dan Ibu Beti ingin naik haji 5 tahun yang akan datang, mereka perlu menabung sebanyak 90 gram emas per tahun atau 7,5 gram setiap bulannya. Kalau itu mereka lakukan dengan rutin, maka pada tahun kelima mereka sudah bisa memiliki 500 gram emas untuk biaya naik haji 2 orang.

Ada satu hal yang perlu diperhatikan jika menyimpan emas untuk naik haji, bahwa emas simpanan harus dikenakan zakat. Jika simpanan emasnya sudah melebihi 85 gram, maka pak Adi dan Ibu Beti harus membayar zakat sebanyak 2,5% dari jumlah emas yang mereka miliki. Zakat ini harus dibayarkan setiap satu tahun sekali, baik berupa emas ataupun uang yang senilai dengan emas tersebut.

Tapi jangan lupa, berinvestasi emas bukan berarti tidak beresiko. Resiko yang paling besar jika berinvestasi pada emas adalah masalah penyimpanannya. Harus hati-hati sekali menyimpan emas, jangan sampai harta yang sudah dikumpulkan susah payah untuk menjalankan ibadah malah raib digasak perampok. Oleh karena itu, disarankan agar menyimpannya di lemari besi atau safe deposit box yang bisa disewa di bank tertentu.

Atau kalau lebih praktis lagi, kita bisa membeli koin emas ONH di Pegadaian dan menitipkannya disana tanpa harus dibawa pulang. Yang kita bawa pulang hanya surat-suratnya saja sebagai tanda kepemilikan, sedangkan emasnya sendiri dititipkan di Pegadaian. Tentu saja cara ini bisa lebih aman walau harus membayar biaya tambahan untuk penitipan emas tersebut.

Ternyata, ada banyak cara untuk bisa naik haji. Jangan berkilah belum mampu sedangkan haji hanya diwajibkan untuk yang mampu. Tapi mampukanlah diri Anda untuk memenuhi panggilan Allah ke rumah-Nya. Kuatkan niat, sempurnakan ikhtiar, insya Allah naik haji bukan cuma impian lagi.

Oleh: Ahmad Gozali
Dikutip dari Majalah Alia

Read More......

Friday, February 16, 2007

3 Hal Dalam Menjalankan Usaha

Anda masih ingat kan, topik yang saya ulas pada dua nomor yang lalu tentang Kiat Praktis Membuka Usaha? Nah, mudah-mudahan setelah membaca tulisan tersebut, Anda jadi termotivasi untuk mau menjalankan usaha. Iya dong, kenapa tidak? Usaha merupakan salah satu cara yang bisa Anda lakukan dalam rangka menambah penghasilan. Iya kan?

Nah, kalau sekarang Anda berpikir: "Kira-kira menarik juga ya ide untuk membuka usaha. Oke, kalau sekarang saya memutuskan untuk membuka usaha, kira-kira apa saja hal-hal penting yang harus saya perhatikan? Saya kan Enggak MAU gagal dalam usaha saya....".

Saya jadi ingat ketika sekitar dua minggu yang lalu saya membaca sebuah tulisan dari seorang pengusaha terkenal di Indonesia. Dia mengatakan, "Kalau Anda membuka usaha, maka apa yang harus Anda lakukan adalah... lakukan saja." Saya pikir betul juga. Banyak diantara kita yang ketika akan membuka usaha, seringkali terbentur pada kegiatan-kegiatan yang sifatnya hitung menghitung seperti, "Apa kira-kira usaha saya ini bisa untung ya... Coba saya hitung dulu...".

Sebetulnya, menghitungnya sih enggak apa-apa. Tindakan survei yang Anda lakukan sebelum membuka usaha juga tidak apa-apa. Tapi sayangnya, seringkali banyak dari kita yang terlalu lama berkutat di masalah survei kelayakan usaha dan hitung menghitung sehingga kita jadi kehilangan emosi yang dibutuhkan dalam membuka usaha.

Saran saya, Ibu - Bapak, ketika Anda sudah berniat membuka usaha, tidak apa-apa bila Anda ingin mengadakan survei atau acara hitung-menghitung terlebih dahulu. Tapi, jangan sampai tindakan yang Anda lakukan tersebut membuat Anda jadi menunda-nunda tindakan untuk membuka usaha.

Nah, sebelum Anda membuka usaha, ada 3 hal penting yang harus Anda ketahui dalam menjalankan usaha. Kalau ke-3 hal ini Anda jalankan, mudah-mudahan risiko kegagalan dalam usaha Anda lebih bisa ditekan. Bukankah itu yang kita semua inginkan?

1. Kreatif Mencari Sumber Modal
Apakah Anda kesulitan mencari modal usaha? Apakah Anda terlalu berat untuk membayar bunga kredit usaha di bank? Bila kedua jawabannya tersebut adalah ya, maka mungkin Anda perlu mencari alternatif sumber modal yang lebih murah. Caranya? Antara lain mungkin dengan mengajak sahabat atau saudara Anda untuk menanamkan modalnya pada usaha Anda, atau malah Anda berdua atau bertiga malah bisa membuka usaha tersebut secara patungan dan menjalankannya bersama-sama.

Alternatif lainnya, cobalah meminjamkan uang dari kerabat dekat atau sahabat terdekat. Karena umumnya mereka telah mengenal Anda dan memahami tujuan Anda untuk membuka usaha. Maka bisa jadi mereka rela memberikan pinjaman uang dengan bunga di bawah bunga bank atau malah tanpa bunga.

Tapi ingat, meski saudara, yang namanya meminjam sesuatu tetap harus dikembalikan, termasuk meminjam uang. Jangan sampai malah hubungan Anda dengan kerabat atau sahabat jadi rusak nantinya gara-gara masalah uang.

2. Lokasi dan SDM
Lokasi adalah salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan dalam membuka usaha. Ada usaha yang cocok didirikan di suatu lokasi, tapi enggak cocok di tempat lain. Usaha warnet dan fotokopi mungkin sesuai untuk lingkungan di sekitar kampus, tapi membuka toko kelontong mungkin akan lebih cocok untuk daerah pemukiman. Karenanya, lakukan survei untuk mencari tempat yang sesuai bagi usaha Anda. Amati kondisi pasarnya, potensi permintaannya, dan jangan lupa cari juga informasi tentang bagaimana prospek perkembangan daerah itu ke depannya, karena hal ini bisa sangat mempengaruhi usaha Anda.

Faktor lain adalah sumber daya manusia (SDM). SDM menjadi sangat penting karena hal inilah yang akan menggerakkan usaha Anda sehari-hari nantinya. Bila Anda memulai usaha ini sendirian mungkin enggak akan terlalu jadi masalah. Tapi, kalau Anda merekrut pegawai dalam usaha Anda, maka Anda harus memperhatikan masalah kepribadian dan kemampuannya. Kalau pegawai Anda akan berhadapan langsung dengan pelanggan Anda, pilihlah orang yang sopan dan ramah. Seorang klien saya misalnya, mempunyai sebuah usaha toko kelontong. Ketika dia menjaga sendiri tokonya, pelanggannya sangat banyak. Tapi, ketika pegawainya yang disuruh menjaga toko, pelanggannya mulai berkurang. Usut punya usut, setelah ditanyakan pada para pelanggan, rata-rata dari mereka menjawab bahwa pegawai tersebut tidak ramah dalam melayani sehingga para pelanggan menjadi enggan untuk datang ke toko itu. Tentunya Anda tidak mau hal ini terjadi pada usaha Anda kan?

3. Promosi
Segi promosi seringkali dilupakan oleh mereka yang sedang membuka usaha, atau tak jarang, kegiatan promosi dihilangkan ketika kegiatan usaha sedang lesu. Alasannya, tidak ada dana. Padahal, promosi usaha apa pun bentuknya hendaknya jangan sampai berhenti dalam waktu lama.

Bila promosi berhenti untuk waktu yang lama, orang bisa lupa pada usaha Anda. Tapi kalau Anda selalu melakukan promosi secara rutin, orang akan selalu teringat pada usaha Anda. Promosi yang kontinyu akan selalu berdampak baik pada usaha Anda. Bila kelesuan usaha menimpa secara keseluruhan pada Anda dan pesaing Anda, tetaplah berpromosi. Mungkin Anda memang harus sedikit berkorban dulu, karena pemasukan minim sedangkan pengeluaran promosi terus ada. Tetapi, saya percaya bahwa bila kelesuan usaha ditentukan atas faktor kondisi ekonomi, maka suatu saat kondisinya akan pulih kembali.

Nah, saat kondisi mulai pulih, orang mulai membutuhkan kembali barang dan jasa Anda, saat itulah Anda akan menuai hasilnya. Orang akan membeli dari Anda, karena Andalah yang diingat karena Anda yang paling rajin berpromosi. Bayangkan bila Anda tidak berpromosi disaat kondisi buruk, bisa-bisa Anda malah dikira sudah bangkrut. Nah, bagaimana? Mudah-mudahan 3 hal tersebut di atas bisa membantu Anda dalam menyukseskan usaha Anda. Salam.

Memulai Usaha dari Rumah

Bila Anda tertarik membuka usaha, kenapa Anda tidak mencoba untuk menjalankannya dari rumah? Ya, memulai usaha dari rumah bisa sangat bermanfaat, tapi tentu saja hal ini harus disesuaikan dengan kondisi rumah Anda dan sifat dari usaha Anda. Tentu saja penilaian terbaik untuk dua hal ini adalah di tangan Anda sebagai sang calon wirausahawan. Bila keduanya tidak memungkinkan untuk memulai usaha dari rumah, jangan dipaksakan. Namun, bila usaha Anda memungkinkan untuk dijalankan dari rumah akan sangat bagus karena Anda akan mendapat berbagai manfaat.

Membuka usaha di rumah memungkinkan kita untuk meluangkan waktu untuk keluarga. Dengan memulai usaha dari rumah, kita bisa mempunyai waktu lebih untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga. Oleh karena itu, kalau Anda wanita, memulai usaha dari rumah sangat sesuai untuk Anda yang ingin tetap menunaikan kodrat kewanitaan Anda sebagai ratu rumah tangga sekaligus bisa bekerja untuk mendapatkan penghasilan. Memulai usaha dari rumah juga merupakan suatu penghematan yang cukup berarti, karena dengan memulai usaha di rumah, berarti Anda mengurangi kebutuhan biaya untuk menyewa atau membeli tempat usaha. Nah, kalau Anda ingin menjalankan usaha dari rumah, jangan lupa beritahukan dan jalin hubungan baik dengan tetangga dan aparat setempat. Ini penting untuk keamanan tempat usaha Anda, dan juga supaya warga sekitar tahu usaha Anda, siapa tahu mereka malah bisa jadi pelanggan Anda.

Oleh: Safir Senduk
Dikutip dari Tabloid NOVA No. 831/XVI

Read More......

Wednesday, February 14, 2007

TIPS KEUANGAN

Sangat penting bagi Anda untuk mengetahui tentang apa yang harus Anda lakukan dalam menghadapi situasi-situasi tertentu dalam kehidupan keuangan Anda. Karena itu, selain artikel tentang Dasar-dasar Keuangan, kami juga memberikan Tips Keuangan yang mungkin berguna bagi Anda.

Di bawah ini Anda bisa melihat koleksi tips keuangan dari kami. Dari tips-tips tersebut, diharapkan Anda bisa mengambil langkah-langkah yang terbaik dalam kehidupan keuangan Anda sehari-hari. Tetaplah kembali ke sini secara rutin, karena koleksi tips ini akan selalu kami tambah.

Pengelolaan Sehari-hari:

Pembelian Harta:

Read More......

Sunday, February 11, 2007

Dasar-dasar Keuangan

Dunia keuangan adalah dunia yang terus berkembang. Produk-produk keuangan baru terus bermunculan. Begitu juga dengan istilah-istilah baru. Setiap orang dituntut untuk mengetahui segala hal yang berhubungan dengan masalah keuangan.

Kami memahami kebutuhan itu. Karenanya, di sini Anda bisa melihat koleksi artikel kami mengenai Dasar-dasar Keuangan. Dari artikel-artikel tersebut, diharapkan Anda bisa memahami seluk beluk dalam dunia keuangan, mulai dari produk-produk keuangan apa saja yang tersedia di pasar, sampai dengan penjelasan istilah-istilah keuangan.

Dibawah ini adalah judul-judul artikel yang bisa Anda pilih. Tetaplah kembali ke sini secara rutin, karena koleksi artikel ini akan selalu kami tambah. Mudah-mudahan ini bisa memenuhi kebutuhan Anda akan pengetahuan terhadap masalah keuangan.

Investasi

Pengelolaan Sehari-hari

Pendidikan Anak

Resiko dan Asuransi

Penghasilan

Kredit

Lain-lain

Read More......

Untung Rugi Arisan

Beberapa minggu terakhir ini, ramai diberitakan diputarnya film Indonesia berjudul Arisan. Singkat sekali judulnya. Walau demikian, saya yakin bahwa orang sudah mengerti apa yang dimaksud dengan arisan. Bahkan arisan sudah menjadi gaya hidup sebagian masyarakat kita.

Pertanyaannya sekarang, banyak dari kita yang memiliki pendapat yang berbeda-beda tentang arisan. Apa sih untung rugi dari mengikuti arisan? Bukankah arisan itu cuma jadi ajang ngerumpi ibu-ibu saja?

Bapak-Ibu, bagi Anda yang masih belum mengerti tentang apa itu arisan, saya akan mencoba menjelaskannya sekilas. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan arisan merupakan kegiatan mengumpulkan uang atau barang yang bernilai sama oleh beberapa orang kemudian diundi diantara mereka untuk menentukan siapa yang memperolehnya, undian dilaksanakan dalam sebuah pertemuan secara berkala sampai semua anggota memperolehnya.

Bahkan dalam perkembangan arisan tak hanya diartikan sebagai ajang kumpul-kumpul sosialisasi. Sekarang arisan sudah berkembang luas. Ada arisan lewat surat, email, dan lain-lain. Bahkan para peserta tidak saling kenal apalai ketemu. Untuk jenis yang terakhir saya sebutkan ini, saya tidak menyarankannya Anda mengikuti karena terlalu banyak unsur yang tidak jelas. Jika Anda tidak mendapatkan hasil yang dijanjikan tidak ada pihak yang bisa Anda tuntut.

Jadi, mari kita bicara arisan yang "konvensional" saja. Bicara tentang arisan jenis ini, yang terbayang mungkin adalah kegiatan kumpul-kumpul yang dilakukan oleh sejumlah orang, yang disertai juga dengan "kumpul-kumpul" uang atau benda lain yang disepakati bersama dengan nilai tertentu.

Pada pertemuan pertama, belum ada yang mendapatkan apa-apa, karena baru "kumpul-kumpul" saja. Tetapi, pada pertemuan pertama itu pulalah disepakati, apa jenis arisannya (uang atau barang), siapa saja pesertanya, berapa nilai yang diharapkan dari masing-masing peserta, dan disepakati kapan waktu untuk mengadakan rutinitas arisan tersebut.

Bila pada pertemuan pertama itu dapat langsung dikumpulkan uang atau barang yang disepakati, maka pada pertemuan pertama itu pula langsung diadakan pengundian untuk menentukan siapa memperoleh akumulasi dari uang atau barang dari peserta lainnya.

Misalnya, Anda dan sembilan orang rekan Anda menjadi peserta arisan yang sudah sepakat untuk mengumpulkan masing-masing Rp 100 ribu per bulan, sehingga total terkumpul Rp 1 juta setiap bulan. Berarti, setiap bulannya, salah satu peserta akan mendapatkan Rp 1 juta tersebut dengan cara diundi. Pada bulan berikutnya, undian dilanjutkan untuk peserta yang belum dapat. Tentu saja, peserta yang sudah pernah mendapat undian tetap harus menyetor Rp 100 ribu setiap bulan sampai 10 bulan, atau sampai semua peserta kebagian mendapat undian.

Ini hanya sekadar ilustrasi, mengambil contoh kalau yang dikumpulkan oleh peserta arisan adalah uang. Pada kenyataannya, yang dikumpulkan oleh peserta arisan bisa berupa barang jenis apapun tergantung kesepakatannya, seperti yang saya sebutkan tadi.

Sekarang, apa untung ruginya ikut arisan? Oke kita bahas Untungnya dulu ya?

1. Kesempatan untuk melakukan sosialisasi dan memperluas jaringan
2. Kepastian mendapatkan uang atau barang yang jelas nilainya dalam jangka waktu tertentu
3. Dapat digunakan sebagai sarana untuk "memasarkan sesuatu".
4. Jika mendapat undian di awal periode arisan, berarti Anda mendapat pinjaman tanpa bunga
5. Sarana "berlatih" menabung

Mari kita bahas satu per satu :

1. Kesempatan untuk melakukan sosialisasi dan memperluas jaringan
Lewat arisan Anda bisa lebih saling mengenal satu sama lain, yang tentunya membuat Anda lebih akrab dengan sesama peserta arisan. Hubungan yang lebih baik ini dapat memudahkan juga urusan-urusan Anda lainnya di luar, yang berkaitan dengan sesama peserta arisan.

Contoh, kalau Anda ikut arisan karyawan kantor di mana Anda bekerja di dalamnya, hubungan Anda dengan sesama rekan kerja Anda, baik yang di bawah (staf) maupun atasan Anda menjadi lebih baik, karena seringnya pertemuan secara tidak resmi di arisan.

Kedekatan Anda dengan peserta lainnya dalam arisan dapat dikembangkan menjadi hubungan yang semakin baik dalam pekerjaan. Contoh lain, khusus untuk kaum perempuan, kalau Anda ikut arisan istri-istri karyawan suatu kantor di mana suami bekerja di dalamnya, hubungan baik Anda dengan istri bos misalnya, mungkin saja memudahkan urusan suami Anda di kantornya dengan bosnya.

Mengapa arisan dapat memperluas jaringan? Ini juga bisa terjadi, kalau peserta arisan lainnya memperkenalkan Anda dengan teman atau relasinya, yang misalnya ikut diajak menghadiri arisan. Anda jadi tambah kenalan, yang siapa tahu berguna bagi Anda saat ini atau mungkin di masa mendatang. Apapun, dari segi sosialisasi, sangat banyak yang bisa Anda lakukan dengan menghadiri suatu arisan.

2. Kepastian mendapatkan uang atau barang yang jelas nilainya dalam jangka waktu tertentu
Dengan mengikuti arisan, Anda jadi dapat memperkirakan, berapa waktu maksimal yang Anda butuhkan untuk memperoleh uang atau barang dalam jumlah tertentu. Ini tentunya memudahkan Anda dalam membuat perencanaan pengeluaran Anda. Kalau kita masih melihat contoh tadi, dimana diperkirakan setiap bulan diperoleh uang Rp 1 juta, maka sudah pasti jumlah uangnya tidak akan kurang dari itu, dan waktunya, walaupun bervariasi antara 1 sampai 10 bulan. Kalau Anda ingin beli sebuah gaun dengan uang tadi, sudah jelas perkiraan waktunya. Syukur-syukur Anda dapat di awal arisan atau bulan pertama, yang berarti Anda seperti dapat pinjaman, tetapi untuk membayar pinjaman tersebut Anda tidak dikenakan bunga. Kalaupun Anda dapat di akhir periode arisan, misal 10 bulan, ini berarti Anda seperti menabung (walaupun tidak dapat bunga). Dan siapa tahu, pada bulan ke-10, gaun itu sedang diobral oleh penjualnya? Berarti harganya turun dong? (tetapi jangan lupa juga, bisa saja harganya justru sedang naik, ini berarti Anda tidak mendapatkan keuntungan)

3. Dapat digunakan sebagai sarana untuk "memasarkan sesuatu"
Kalau Anda hobi punya barang-barang yang bisa Anda jual, coba bawa barang itu pada saat arisan. Siapa tahu, peserta arisan yang lain tertarik untuk membelinya. Ini adalah cara pemasaran yang cukup menarik, karena mungkin saja ada faktor "sungkan" dari peserta arisan sehingga membeli barang Anda. Ingat lo, itu hanya mungkin, artinya belum pasti, dan kalaupun ada rasa sungkan itupun jangan sampai kita manfaatkan secara berlebihan. Lama-lama, dari sungkan jadi "sebel".

Begitu juga kalau kita punya keahlian, buatlah keahian kita diketahui peserta arisan lainnya, siapa tahu mereka tertarik memakai jasa kita. Contoh, kalau kita bisa mengajari bahasa Inggris untuk anak-anak, siapa tahu kita diminta mengajari anak-anak dari peserta arisan tersebut.

4. Jika mendapat undian di awal periode arisan, berarti Anda mendapat pinjaman tanpa bunga
Nah, kalau ini termasuk jenis keuntungan yang tidak pasti, karena namanya undian, Anda tidak tahu kapan akan mendapatkannya, di awal, tengah, atau akhir periode arisan. Tapi, kalau Anda mendapatkannya di awal, ini lebih menguntungkan dibanding pinjam uang dari bank misalnya, atau pihak manapun yang biasanya meminta pengembalian berupa bunga.

5. Sarana "berlatih" menabung
Nah, kalau yang ini, khusus bagi Anda yang sulit atau belum terbiasa untuk menabung. Ikut arisan adalah pilihan yang baik. Mau tidak mau, Anda "dipaksa" untuk menyisihkan uang atau barang tertentu pada periode tertentu dan melatih Anda untuk lebih merencanakan segala sesuatu dengan lebih matang. Tapi, kalau Anda sudah disiplin menabung, ya tidak usah ikut arisan kalau motivasinya hanya latihan menabung, kan Anda sudah pintar?

Oleh: Safir Senduk
Dikutip dari Tabloid NOVA No. 825/XVI

Read More......

Tuesday, February 6, 2007

Kiat Siasati Biaya Sosial

Ada pertanyaan menarik dari saya buat Anda: "Pernahkah Anda mencoba menghitung, berapa kali dalam bulan ini Anda mendapat undangan pesta pernikahan?" Pertanyaan kedua, "Pernahkah Anda menghitung berapa total uang yang Anda keluarkan untuk hadiah pernikahan tersebut?" Mungkin banyak dari Anda yang kaget setelah mencoba menghitungnya. Kenapa? Karena terlalu banyak.

Ya, hadiah pernikahan memang hanya salah satu contoh dari sekian banyak 'biaya sosial' yang biasa kita temui dalam pergaulan kita sebagai anggota masyarakat. Masih banyak lagi contoh biaya sosial yang bisa Anda temui, seperti iuran RT/RW, permohonan sumbangan untuk masjid, gereja, panti asuhan, dan sebagainya, bahkan iuran arisan pun sebenarnya bisa digolongkan ke dalam biaya sosial, lho. Prinsipnya, pengeluaran uang yang dilakukan untuk 'bersosialisasi' dengan lingkungan sekitar atau 'membantu' orang di sekililing kita, bisa dikatakan sebagai biaya sosial.

Nah, sebagai orang yang hidup di tengah masyarakat, kita pun tidak bisa menghindar dari 'kewajiban' untuk mengeluarkan 'biaya sosial' ini. Betul, enggak? Ini karena seringkali bila seseorang lalai, atau sengaja menghindar, dari kewajiban sosial ini, bisa-bisa dia akan mendapatkan sanksi sosial dari masyarakatnya. Contohnya banyak, sindiran, cemoohan, atau bahkan sampai dikucilkan dalam pergaulan. Wah, repot atuh ... Masalahnya, biarpun kelihatannya sepele, biaya-biaya sosial yang muncul sehari-hari, bila diakumulasikan, bisa menjadi besar dan bukan tidak mungkin akan memberatkan keuangan kita. Enggak lucu, kan kalau niatnya ingin bersosialisasi dengan tetangga, eh malah keuangan kita sendiri yang jadi keteteran. Kalau sudah begini, enggak mungkin juga kita menyalahkan tetangga atau pihak-pihak yang sudah kita sumbang.

Karena itu, sebetulnya yang namanya kendali atas biaya sosial ini berada pada diri kita masing-masing. Kita sendirilah yang mesti pintar-pintar menyiasati pengeluaran untuk biaya yang satu ini, agar anggaran tidak jebol. Sehingga, kalau ada biaya sosial yang harus kita keluarkan, kita juga pasti bisa mengeluarkan uang untuk biaya tersebut dengan hati yang lebih ikhlas, tanpa perlu ngedumel atau marah-marah. Nah, untuk membantu Anda mengendalikan biaya sosial, di bawah ini sejumlah tips yang mungkin bermanfaat:

  1. Perkirakan jumlah kebutuhan biaya sosial
    Beberapa dari Anda mungkin memasukkan kebutuhan biaya sosial ke dalam kelompok "Pengeluaran Tak Terduga" dalam anggaran Anda. Padahal, jangan lupa, biaya sosial tidak selalu tidak bisa diduga. Beberapa dari biaya sosial yang Anda keluarkan terkadang malah sudah bisa diperkirakan sebelumnya. Contohnya iuran RT/RW atau arisan ibu-ibu di lingkungan Anda. Selain itu, Anda tentu juga dapat memperkirakan sebelumnya tentang berapa besarnya uang arisan atau berapa besar uang iuran di RT/RW Anda. Demikian juga dengan sumbangan-sumbangan seperti hadiah pernikahan. Anda dapat memperkirakan sebelumnya berapa kira-kira jumlah undangan yang akan Anda terima bulan ini, dan berapa total biaya yang akan Anda keluarkan untuk masing-masing amplop pengantin.

    Mungkin memang ada biaya sosial seperti sumbangan-sumbangan yang sifatnya benar-benar tidak terduga. Untuk menghadapi jenis-jenis biaya sosial seperti ini, yang bisa Anda lakukan adalah memperkirakan berapa jumlah batasan yang kira-kira akan Anda keluarkan. Prinsipnya, Anda tetap bisa membuat perkiraan kalau mau. Kan, enak kalau angka biaya sosial ini bisa diperkirakan dulu sebelumnya. Tak perlu rinci-rinci sekali, yang penting ada perkiraan angkanya.

  2. Susun daftar prioritas
    Setelah Anda memperoleh perkiraan tentang berapa total kebutuhan biaya sosial, maka yang harus Anda lakukan berikutnya adalah membuat daftar prioritas dari tiap-tiap komponen biaya sosial tersebut. Misalnya: Prioritas Nomor 1: Iuran RT, Prioritas Nomor 2: Arisan RT, Prioritas Nomor 3: dan seterusnya.

    Jangan khawatir, Bu, itu cuma contoh. Yang penting, mulailah dari komponen biaya yang Anda rasakan paling 'wajib' dikeluarkan. Biasanya, komponen 'wajib' ini berkaitan erat dengan sanksi sosial, dimana semakin berat sanksi sosialnya kalau Anda tidak bayar, maka semakin 'wajib' pula keluar uang untuk pos biaya sosial tersebut. Selain pertimbangan 'kewajiban', prioritaskan juga komponen-komponen pengeluaran yang jumlahnya telah Anda ketahui dengan pasti.

    Tempatkan komponen biaya yang benar-benar tak terduga dalam urutan terakhir di daftar prioritas Anda. Cara ini akan memudahkan Anda dalam menyusun prioritas biaya sosial Anda. Jika Anda melakukannya, mudah-mudahan penyusunan daftar prioritas tidak akan terasa sulit. Gampang, kok kalau Anda mau membiasakannya. Mau dites?

  3. Sesuaikan daftar prioritas dengan anggaran
    Langkah berikutnya adalah menyesuaikan daftar prioritas yang baru saja Anda buat dengan anggaran keluarga Anda. Caranya, sisihkan sejumlah uang untuk kebutuhan biaya sosial Anda. Kemudian, poskan uang tersebut pada komponen-komponen biaya sosial yang Anda buat dalam daftar prioritas Anda. Urutkan mulai dari komponen biaya yang berada pada urutan pertama pada daftar, lalu lanjutkan ke urutan berikutnya, dan begitu seterusnya sampai ke komponen biaya yang menjadi prioritas terakhir. Kalau dana Anda ternyata tidak cukup, tentu saja akan ada komponen-komponen biaya sosial yang harus Anda relakan dicoret dari daftar. Biasanya yang akan menjadi 'korban' pencoretan pertama kali adalah komponen biaya sosial yang sifatnya benar-benar tak terduga.

    Enggak apa-apa, seperti juga kebutuhan-kebutuhan lain, wajar, kok kalau kita tidak bisa memenuhi semua kebutuhan biaya sosial ini. Yang penting di sini adalah jangan sampai kita memaksakan diri untuk memenuhi semua kebutuhan biaya sosial kita, tapi malah keadaan keuangan kita jadi berantakan.

  4. Jangan ragu untuk mengatakan 'Tidak'
    Bila Anda telah menyesuaikan daftar prioritas biaya sosial dengan anggaran, maka yang harus Anda lakukan sekarang adalah mematuhi daftar tersebut. Artinya, sebisa mungkin biaya sosial yang Anda keluarkan setiap bulan jangan sampai menyimpang dari anggaran yang sudah Anda susun sendiri. Seringkali, setelah anggaran disusun rapi, selalu ada saja 'godaan' yang muncul, yang intinya 'memaksa' kita untuk keluar uang lagi demi biaya sosial yang malah di luar anggaran.

    Tipsnya adalah, kalau memang kebutuhan di luar anggaran tersebut dirasa sangat mendesak dan 'wajib' dipenuhi, Anda sebaiknya tetap mengeluarkan dana untuk keperluan itu. Konsekuensinya, akan ada pos lain dari anggaran yang harus dipangkas untuk menggantikannya. Tapi, kalau kebutuhan di luar anggaran itu dirasa tidak mendesak, Anda harus bisa mengatakan 'TIDAK' kepada pihak yang meminta Anda menyumbang, misalnya. Ada banyak seni untuk menolak permintaan tersebut supaya pihak yang meminta tidak tersinggung atau marah. Ya, pinter-pinternya Anda-lah.
Oleh: Safir Senduk
Dikutip dari Tabloid NOVA No. 805/XV

Read More......

Saturday, February 3, 2007

Mewaspadai Empat Pos Pengeluaran (4)

Seperti yang saya janjikan, dalam edisi kali ini saya akan membahas tentang pos pengeluaran ke-4 dalam keluarga yang harus diwaspadai. Pos ini adalah barang elektronik.

Kalau bicara tentang barang elektronik, Anda mungkin menganggap itu cuma masalah kaum suami. Memang, bagi para cowok, masuk ke toko barang elektronik mungkin bisa dibandingkan dengan perempuan yang masuk ke toko baju. Wuh... asyik sekali. Saya sendiri juga begitu.

Namun jangan salah, wanita pun sebetulnya juga menyenangi barang elektronik. Hanya saja jenisnya mungkin berbeda. Sebagai contoh, pria mungkin senang dengan barang elektronik yang berkaitan dengan hiburan di rumah (seperti radio tape, VCD player, atau teve), komunikasi (seperti HP), dan berbagai macam barang lain yang berhubungan dengan pekerjaan atau hobi (seperti komputer atau personal data assistant).

Di lain pihak, wanita biasanya hanya menyenangi dan mencari barang elektronik yang memang dibutuhkan untuk kegiatan sehari-hari, seperti memasak (rice cooker dan magic jar), dan mencuci (mesin cuci). Atau, bila wanita itu bekerja ke luar rumah, bisa jadi HP juga termasuk yang ia minati karena dianggap memudahkan pekerjaannya.

Karena pengeluaran untuk pos barang elektronik ini memang sering lepas kontrol, ada baiknya Anda simak tips berikut ini untuk mencegah membengkaknya pengeluaran.

1. Sesuaikan pembelian Anda dengan kebutuhan

Anda sudah punya teve di rumah? Bagus dan memenuhi syarat? Kalau begitu, buat apa beli teve lagi? Contoh lain, Anda mungkin sudah punya radio tape di kamar. Masih berfungsi dengan baik, suaranya masih bagus dan bisa menemani kegiatan Anda sehari-hari. Apa Anda masih mau beli lagi?

Artinya, carilah barang yang memang betul-betul Anda butuhkan. Jangan mentang-mentang di teve ada iklan kipas angin, Anda langsung memutuskan membeli kipas angin yang sebetulnya sudah Anda miliki.

Biasanya, pembelian barang elektronik dalam keluarga sering kali membengkak karena melakukan pembelian yang berulang untuk satu jenis barang saja. Jadi lain kali, sebelum Anda memutuskan membeli suatu barang, tanyakan dulu kepada diri Anda sendiri, apa memang Anda memerlukannya, ataukah sekadar ingin memuaskan keinginan saja.

2. Jangan terpengaruh oleh desain barang yang canggih

Dalam satu acara saya di radio, ada seorang pendengar yang mengirimkan pertanyaan melalui surat. Dia bercerita suaminya adalah penggemar barang elektronik. Yang jadi masalah, suaminya ini gemar membeli barang elektronik yang punya desain menawan serta teknologi canggih. Konsekuensinya mereka seringkali harus mengeluarkan banyak sekali uang untuk memenuhi keinginan tersebut. Padahal, kondisi keuangan keluarga mereka sangat terbatas.

Pertanyaannya adalah apa yang harus dilakukannya? Apakah membeli barang elektronik memang harus yang berdesain canggih dan menawan? Bukankah yang biasa-biasa saja sudah cukup? Yang penting kualitas dan fungsinya memenuhi syarat kan?

Salah satu hal penting yang harus Anda ingat dalam membeli barang elektronik adalah jangan pernah melihat desain sebagai satu-satunya alasan Anda membeli. Tapi coba lihat dulu apakah fungsi barang yang Anda incar itu sesuai yang Anda perlukan. Jangan mentang-mentang radio tape yang dijual di toko itu berdesain unik, lantas Anda langsung membelinya. Padahal, mungkin saja harganya jauh lebih mahal dari barang sejenis yang desainnya biasa-biasa saja.

3. Beli barang elektronik yang memberikan garansi

Di mana pun Anda membeli barang, selalu usahakan membeli barang yang bergaransi. Sebagai contoh, saya seringkali mendengar cerita ada banyak orang yang membeli ponsel hanya karena harganya murah, barang selundupun, inilah atau itulah, padahal barang tersebut tidak memberikan garansi. Alhasil, ketika barang tersebut rusak setelah dipakai seminggu, dia tidak bisa lagi memakai ponselnya. Padahal harganya tidak murah. Akhirnya, harga barang itu jatuhnya jauh lebih mahal ketimbang Anda membeli yang bergaransi.

Cek juga garansi macam apakah yang diberikannya: Garansi Toko atau Garansi Produsen? Garansi Toko adalah garansi yang diberikan oleh si toko, di mana kalau barang Anda mengalami kerusakan, toko itulah yang bersedia membetulkan kerusakannya. Tetapi kalau garansi produsen, biasanya produsennya langsunglah yang akan membetulkan barang Anda. Bila garansinya merupakan garansi produsen, tanyakan kepada penjual di toko di mana alamat produsen (dalam hal ini pusat layanan yang bisa didatangi).

Jangan lupa, barang elektronik memiliki komponen sangat rumit untuk dimengerti. Berbeda dengan baju yang mungkin bisa Anda cek kualitasnya dengan cara melihat dan meraba-raba kainnya. Pada barang elektronik Anda tidak mungkin membuka-buka bodi barang tersebut bukan? Kalaupun bisa, saya jamin Anda belum tentu bisa menguji apa kualitasnya. Misalnya, apakah Anda bisa tahu kalau salah satu komponennya ada yang diganti?

4. Jangan terpengaruh oleh harga yang murah

Sebagai contoh, ketika Anda ingin membeli radio tape, Anda mungkin akan datang ke sebuah toko barang elektronik. Disitu, Anda akan melihat 5 radio tape dengan 5 merk yang berbeda. Perbedaan harganya mungkin tidak terlalu jauh, yang satu Rp 1 juta, ada yang Rp 1,2 juta, ada yang Rp 900 ribu, ada yang 1,1 juta, tetapi yang terakhir ini, harganya Rp 700 ribu.

Sekilas, Anda mungkin akan tertarik pada barang yang memberikan harga paling murah. Tapi coba perhatikan dulu kenapa harganya bisa lebih murah. Apakah karena fungsinya yang terbatas, apakah karena tidak ada garansi produsen dan hanya garansi toko saja yang diberikannya, ataukah karena merknya yang tidak dikenal? Nah, yang terakhir inilah yang umumnya terjadi. Sekarang, kalau perbedaan harganya tidak terlalu jauh, kenapa Anda tidak membeli barang yang harganya mungkin sedikit lebih tinggi, tetapi dengan merk yang sudah terjamin dan terbukti kualitasnya, dibandingkan barang dengan merk lain yang lebih murah tetapi dengan kualitas yang belum terbukti.

Demikianlah pembahasan tetang empat pos pengeluaran yang patut diwaspadai. Semoga bermanfaat bagi Anda.

(TAMAT)

KREDIT BUKANLAH ALASAN

Beberapa dari Anda mungkin berpikir bahwa pembelian barang elektronik di keluarga Anda tidak mungkin membengkak mengingat harganya yang relatif mahal. Nah, boro-boro mau beli, uangnya saja enggak ada, begitu mungkin kata Anda.

Namun seringkali toko juga bekerja sama dengan sebuah lembaga pembiayaan dalam melayani pembeli yang tidak bisa membeli barang dengan cara tunai. Sering kan kita melihat ada gerai lembaga pembiayaan yang nongkrong di toko-toko elektronik?

Nah, perlu diingat, jangan mentang-mentang ada fasilitas kemudahan, Anda lalu berpikir untuk membeli barang-barang yang sebetulnya tidak Anda butuhkan. Adanya lembaga pembiayaan itu memang bagus, tapi perlu diketahui bahwa fasilitas kredit yang ada di situ sebetulnya hanyalah alat untuk memudahkan. Dan bukan menjadi alasan --apalagi alasan satu-satunya-- untuk membeli dengan membabi buta. Tetaplah kembali ke tips-tips yang sudah saya sebutkan di atas.

Oleh: Safir Senduk
Dikutip dari Tabloid NOVA No. 780/XV

Read More......

Mewaspadai Empat Pos Pengeluaran (3)

Pada dua edisi terakhir, kita sudah membahas tentang dua pos pengeluaran yang jumlahnya bisa membengkak apabila tidak diwaspadai. Pertama adalah telepon, listrik, air. Kedua adalah hadiah dan sumbangan. Sekarang, kita akan membahas pos ketiga, yakni busana & aksesori.

Yang dimaksud busana & aksesori adalah pakaian yang kita kenakan setiap hari berserta segala pelengkapnya, seperti tas, sepatu, sabuk, dan segala macam perhiasan yang melekat di tubuh ataupun busana Anda. Begitu beragamnya jenis busana dan aksesori hingga tanpa sadar kita sering terbujuk untuk memiliki lebih banyak ragam busana dan aksesori. Tahu-tahu tanpa terasa kita sudah membelanjakan begitu banyak untuk pengeluaran yang satu ini.

Bagaimana caranya agar pengeluaran untuk busana & aksesori tidak kebablasan? Di bawah ini adalah lima tips yang mudah-mudahan bisa bermanfaat.

1. Beli karena memang Anda butuh

Ya, Anda mesti menanyakan pada diri sendiri, apa benar saya memerlukan barang ini? Pantaskan saya memakainya? Kalaupun saya memang bisa memakainya, seberapa seringkah? Okelah barang itu bagus, tapi bila memang tidak pantas untuk Anda, apa iya kita harus membelinya? Begitu juga jika barang itu hanya untuk dipakai sekali seumur hidup, tentu tidak harus kita membelinya bukan?

Saya jadi ingat pengalaman saya ke pertokoan terkenal di Jakarta beberapa waktu lalu saat saya masih lajang. Saya tertarik masuk ke toko baju-baju pria. Bagus-bagus sekali barangnya. Saya pun membeli dua kemeja kerja dengan motif polos.

Setelah membeli, saya terus berjalan-jalan di pertokoan itu. Menyusuri gang yang lain. Alamak, ternyata ada toko busana lain yang barang jualannya kelihatannya lebih bagus dari yang saya beli tadi. Saya masuk ke toko itu dan, astaga! Baju-baju yang dipajang di dalam juga bagus-bagus. Tapi karena tadi sudah membeli, saya akhirnya tidak beli apa-apa di toko itu. Ketika saya terus berjalan, ternyata ada dua toko lagi yang juga punya kemeja kerja bagus lebih bagus. Sempat juga ada penyesalan, kenapa uang saya saat itu terbatas hingga hanya bisa beli dua baju.

Ketika pulang, saya berpikir kembali, kenapa tadi saya membeli baju? Alasannya adalah karena baju itu bagus. Padahal, bicara soal baju bagus, kalau Anda ke mal, pasti puluhan atau mungkin ratusan bagus yang dijual. Kalau alasan Anda membeli karena baju itu bagus, berarti ada banyak sekali baju yang harus Anda beli. Padahal belum tentu satu saja baju itu Anda butuhkan.

Dalam contoh saya tadi, sebetulnya tidak apa-apa bila saya tidak membeli satu baju sekalipun, karena saat itu saya sudah punya lima kemeja kerja di rumah yang saya pakai bergantian tiap hari. Jadi, kalau ngikutin barang bagus memang enggak ada habisnya. Percayalah, produsen selalu berusaha keras agar busana yang diproduksinya bisa selalu tampil bagus dan menarik.

2. Anggarkan pembelian Anda bila dirasa perlu

Saya yakin, beberapa dari kita sudah menganggap belanja busana dan aksesori sebagai hobi. Contoh yang paling sering adalah ketika kita baru saja mendapatkan undangan pesta kawin, langsung esoknya toko cari baju dan aksesori.

Nah, apa yang terjadi kalau Anda membeli busana & aksesori secara dadakan? Anda akan mengambil uang yang seharusnya dijatahkan untuk pos lain. Ujungnya-ujungnya, anggaran pembayaran Anda yang lain jadi terganggu.

Mulai sekarang, cobalah buatkan pos pengeluaran khusus untuk busana & aksesori Anda tiap bulan. Dengan demikian, kalau harus membeli busana & aksesori, Anda tidak perlu lagi mengambil dari jatah pos yang lain.

3. Utamakan kualitas daripada kuantitas

Banyak dari kita yang senang dan bangga bila bisa membeli barang yang murah. Untuk busana & aksesori yang menempel di badan Anda, tak ada salahnya kalau Anda memilih busana & aksesori yang lebih bermutu, walaupun harganya sedikit lebih mahal.

Teman saya misalnya, suka sekali memilih baju dari harganya. Dia berpikir, bahwa dengan harga murah, dia bisa membeli tiga hingga lima barang sekaligus. Bagus sih. Tapi barang murah belum tentu kualitasnya bagus, kan? Betul saja, setelah baju itu dibeli dan dipakai dua tiga kali ia mulai merasa tidak nyaman dengan bahan baju yang dia kenakan. Sudah itu, baru beberapa kali dicuci, warna bajunya cepat sekali memudar.

Akhirnya, coba tebak, baju itu tak pernah lagi dipakai dan dia harus beli baju lagi. Kesimpulannya, yang tadinya dikira harganya murah ternyata justru menguras isi kocek lebih banyak.

4. Pandai-pandailah melakukan kombinasi

Pada suatu hari, saya pernah tampil berdua bersama perancang busana Robby Tumewu dalam sebuah seminar internal yang diadakan NOVA di depan kelompok karyawan dan karyawati dari sebuah perusahaan di Indonesia. Masing-masing dari kami, tentu saja, membawakan topik yang berbeda. Saya tampil terlebih dahulu membawakan topik Mengelola Keuangan Keluarga.

Ketika tiba gilirannya, Robby membawakan topik padu padan busana. Saya sendiri belum pernah mengikuti acara sejenis. Karena itu, saya tertarik mengikutinya. Betul juga, ternyata sangat menarik. Di situ, Robby sempat mengucapkan satu kalimat sederhana yang terus saya ingat sampai sekarang. Yakni, "Untuk terlihat menarik dalam hal penampilan, Anda tidak perlu memiliki busana & aksesori dalam jumlah yang sangat banyak. Yang perlu Anda lakukan adalah cukup dengan belajar mengombinasikan warna serta model dari busana & aksesori yang sudah Anda punya."

Saya berpikir lagi dan mengingat-ingat, betul juga. Banyak kan anggota keluarga kita yang memiliki busana hingga satu, dua atau tiga lemari besar di kamarnya? Belum lagi sepatu, jam tangan atau bros misalnya? Mereka mengeluarkan banyak sekali uang untuk penampilannya agar bisa terlihat lain dalam tiap acara yang dihadirinya. Mereka beranggapan harus memiliki satu (pasang) busana yang berbeda untuk tiap acara. Dan untuk itu, jelas akan ada pembelian busana baru yang harus dilakukan. Padahal, kata Robby, Anda bisa saja memakai busana lama Anda, asalkan Anda pintar menukar atau memainkan kombinasinya. Dengan demikian, pembelian busana & aksesori baru bisa dikurangi, dan otomatis Anda juga jadi lebih hemat kan?

5. Cari tempat lain yang lebih murah

Anda suka mencari busana & aksesori di mal? Bagus sekali, karena di sini biasanya ada banyak variasi pilihan. Tapi, pernahkah terpikir oleh Anda untuk mencari barang-barang tersebut di tempat lain yang memberikan harga miring? Saya tahu memang tidak mudah, karena Anda mungkin harus mencarinya dulu.

Jangan lupa bahwa terkadang pembelian yang Anda lakukan di mal biasanya jadi lebih mahal karena adanya unsur kenyamanan yang Anda dapatkan. Bukankah toko tersebut membayar sewa ruangan dan juga pembiayaan tambahan untuk AC, tata interior, cahaya, dan juga para pegawai.

Mungkin saja kalau Anda mau mencoba meluangkan waktu sebentar untuk mencari di tempat lain, bisa saja Anda menemukan barang yang sama, tapi dengan harga yang lebih murah.

Oleh: Safir Senduk
Dikutip dari Tabloid NOVA No. 779/XV

Read More......

Mewaspadai Empat Pos Pengeluaran (2)

Pada edisi lalu, kita sudah membahas tentang pos pertama yang bisa membuat pengeluaran Anda membengkak kalau Anda tidak hati-hati. Mereka adalah telepon, listrik, dan air. Sekarang, kita akan membahas tentang pos pengeluaran kedua yang juga harus Anda waspadai karena sering membengkak tanpa kita sadari, yakni pos hadiah dan sumbangan.

Coba Anda ingat-ingat, dalam sebulan terakhir ini berapa kali Anda diundang datang ke suatu acara hajatan? Satu kali? Tiga kali? Lima kali? Atau sepuluh kali?

Acara apa yang Anda datangi? Resepsi pernikahan mungkin adalah yang paling sering. Selanjutnya mungkin khitanan dan ulang tahun. Nah, kebiasaan kita, merupakan hal yang sangat biasa bagi kita untuk memberikan hadiah, biasanya berupa amplop berisi uang tunai atau barang. Yang jadi masalah, seringkali pemberian amplop atau hadiah tersebut membuat pengeluaran dalam keluarga Anda menjadi terlalu besar. Kalau ada uangnya bukan masalah. Tapi kalau anggaran Anda tiap bulannya ngepas? Bisa-bisa Anda harus memotong biaya hidup Anda.

Contoh yang sederhana saja: katakan penghasilan keluarga Anda tiap bulan mencapai Rp 1 juta. Anda hidup dengan suami/istri serta 2 anak. Pengeluaran keluarga per bulan mencapai Rp 900 ribu. Dalam sebulan, Anda menghadiri 4 undangan pernikahan. Nah, kalau satu amplop Anda memberikan Rp 50 ribu, maka total yang Anda keluarkan adalah Rp 200 ribu. Ini berarti Anda defisit Rp 100 ribu kan?

Untuk mengurangi risiko kejadian seperti ini, sejumlah tips di bawah ini bisa membantu:

1. Ketahuilah bahwa pemberian amplop bukan suatu keharusan

Mulai sekarang, ketahuilah bahwa pemberian amplop dan hadiah bukanlah suatu keharusan. Mungkin Anda kaget membacanya, tapi itu betul. Kenapa demikian? Kalau Anda menghadiri sebuah resepsi pernikahan, tahukah Anda apa yang paling ditakuti pasangan menikah dan panitia yang mengadakan resepsi pernikahan? Coba tebak: yang paling mereka takutkan adalah kalau tidak ada tamu yang datang. Artinya, mereka sesungguhnya tidak peduli apakah Anda memberikan amplop atau tidak. Mereka jauh lebih senang melihat wajah Anda di resepsi pernikahan itu, dibanding amplop yang Anda berikan. Ini karena sebagai pasangan yang baru saja menikah, mereka ingin pestanya ramai. Jadi, kalau anggaran Anda terbatas, dan hal itu bukan suatu keharusan, jangan takut untuk tidak memberikan amplop pada saat resepsi pernikahan.

2. Jangan ragu untuk mengurangi jumlah isi amplop Anda bila dirasa terlalu besar

Terkadang kedekatan hubungan Anda dengan si pengantin baru atau keluarga si pengantin membuat Anda ingin memberikan amplop dan hadiah dalam jumlah besar. Sekali lagi, kalau Anda ada uangnya sih mungkin tidak apa-apa. Yang repot adalah kalau dana Anda terbatas. Tipsnya di sini adalah, jangan ragu untuk mengurangi jumlah isi amplop Anda bila dirasa terlalu besar dan memberatkan untuk Anda.

Dalam salah satu seminar saya, pernah ada satu peserta seminar yang menyampaikan unek-uneknya. Intinya dia mengatakan, kita punya kebiasaan yang tidak terlalu bagus dalam memberikan amplop dan hadiah. Seringkali, kalau yang menikah (atau keluarga yang menikah) itu adalah orang yang mempunyai andil besar dalam karier kita atau keluarga kita (seperti keluarga bos kita atau bos suami kita), maka kita cenderung memberikan amplop dengan jumlah uang yang besar. Tapi ketika yang menikah adalah orang kantor kita yang jabatannya lebih rendah dari kita, tidak berpengaruh pada karier kita dan mungkin penghasilannya lebih rendah dari kita, kita cenderung memberikan amplop dalam jumlah yang sedikit. Padahal logikanya, pengantin yang penghasilannya lebih rendah dari kita itu jelas lebih membutuhkan dibanding anak bos kita yang menikah yang sudah lebih sejahtera dari kita.

Jadi ibu-ibu, mulai sekarang, jangan lagi menganggap bahwa nama baik dan karier suami Anda akan diukur dari jumlah isi amplop yang Anda berikan. Kalau memang si pengantin (atau keluarga pengantin) ternyata memandang nama baik Anda hanya dari isi amplop atau nilai hadiah yang Anda berikan, itu berarti Anda berteman atau bersaudara dengan orang yang "salah".

3. Pertimbangkan memberi hadiah dalam bentuk barang yang berguna

Hadiah yang agak lain, selain uang biasanya adalah kupon (bahasa kerennya voucher), seperti kupon belanja, kupon makan, atau kupon-kupon yang lain. Ini karena kupon tersebut sifatnya unik, dalam arti bahwa si penerima kupon hanya bisa menggunakan kupon itu di tempat-tempat yang sudah ditentukan.

Sebagai contoh adalah ayah saya sendiri. Salah satu hobinya adalah berbelanja busana di sebuah toko baju tertentu di Jakarta. Nah, ketika berulang tahun, dia senang sekali apabila anak-anaknya menghadiahkan kupon belanja di toko baju tersebut. Nilainya mungkin tidak besar-besar amat, tapi baginya, voucher tersebut unik dan lebih berkesan ketimbang berupa uang.

Nah, yang jadi "masalah" bagi anak-anaknya, nilai kupon belanja tersebut sama dengan nilai uangnya. Sebagai contoh, kupon belanja senilai Rp 100 ribu, harga belinya juga sama, yaitu Rp 100 ribu. Kupon belanja senilai Rp 200 ribu, juga hanya bisa dibeli dengan uang Rp 200 ribu. Jadi dari segi nilai uang, tidak ada bedanya.

Karena itu, selain kupon, alternatif hadiah lain adalah berupa barang yang secara nilai mungkin lebih murah dibanding kalau Anda memberikan uang dalam amplop, tapi diperkirakan barang itu akan sangat berguna. Mungkin tidak harus peralatan masak (karena toh pengantin baru pasti sudah banyak sekali mendapatkan hadiah berupa peralatan masak).

Salah satu alternatif hadiah yang bisa Anda berikan salah satunya adalah buku. Buku apa saja, bisa buku mengenai pernikahan, tentang psikologi suami-istri, atau mengenai bayi, karier. Apa saja yang yang berguna. Selain lebih murah (harga-harga buku seperti itu biasanya dibawah Rp 100 ribu), hadiah Anda juga lebih gampang diingat. Coba bayangkan, di tengah tumpukan amplop uang yang diterima pengantin, dia mendapatkan hadiah lain berupa buku. Pastilah dia mencari-cari siapa yang memberikan hadiah tersebut, dan tersenyum simpul karena mengetahui bahwa Andalah yang memberikan hadiah itu.

4. Mulailah memasukkan pengeluaran Amplop & Hadiah dalam anggaran keluarga

Kebanyakan orang tidak pernah memasukkan pemberian amplop dan hadiah dalam anggaran keluarga. Saya yakin ada di antara Anda yang demikian. Nah, mulai sekarang coba masukkan pengeluaran tersebut dalam anggaran keluarga Anda tiap bulannya. Dengan memasukkannya dalam anggaran, maka Anda bisa memperkirakan sejak awal apakah pemberian amplop dan hadiah di bulan ini akan menghabiskan semua uang Anda pada akhir bulan atau tidak. Anggarkan saja, apakah Rp 100 ribu per bulan, Rp 300 ribu per bulan, atau --kalau memang penghasilan keluarga Anda agak besar-- bisa Rp 500 ribu per bulan. Terserah Anda. Setelah itu, patuhi anggaran tersebut.

Ada tips sederhana dalam membuat anggaran untuk amplop dan hadiah. Biasanya, undangan resepsi pernikahan akan Anda dapatkan sekitar 2 - 4 minggu sebelum Hari H. Nah, dari situ Anda bisa memperkirakan ada berapa undangan yang akan Anda hadiri di bulan tersebut, termasuk mungkin undangan ulang tahun atau lainnya. Kemudian, susun daftarnya di sebuah kertas, dan tulis nilai amplop dan hadiah yang akan Anda berikan. Contohnya seperti dibawah ini:

Nama-----------------------------------Nilai
Muklis (tetangga depan rumah)----------Rp 50.000
Dewi (teman senam)---------------------Rp 50.000
Anto (teman suami di kantor)-----------Rp 100.000
Ultah Mertua (Voucher Dept. Store)-----Rp 100.000
Kelahiran sepupu (Buku)----------------Rp 30 ribu
Total Amplop & Hadiah bulan ini--------Rp 350.000,-

Mudah-mudahan beberapa tips di atas dapat membantu Anda. Sampai jumpa minggu depan untuk pos ketiga: busana & aksesori.

Oleh: Safir Senduk
Dikutip dari Tabloid NOVA No. 778/XV

Read More......

Mewaspadai Empat Pos Pengeluaran (1)

Akhir tahun kemarin kebetulan merupakan hari yang agak sibuk bagi saya dan istri karena kami disibukkan dengan sejumlah acara keluarga di Yogya. Menariknya, ketika baru saja masuk di hari pertama 2003, saya sudah mendapatkan telepon dari sebuah radio di Jakarta. Mereka ingin membahas soal kenaikan harga yang katanya merupakan "kado" tahun baru dari pemerintah.

Saya sendiri belum begitu "ngeh" tentang apa yang dia maksud, karena saya pikir tiap tahun toh pasti terjadi kenaikan harga. Tapi dalam dua hari saya baru sadar bahwa pemerintah kita ternyata baru saja menaikkan harga tiga komponen yang menyangkut hajat hidup orang banyak, yaitu telepon, listrik dan BBM. Ketika tulisan ini dibuat, di koran-koran, teve, dan radio banyak sekali berita tentang protes dan demo yang terjadi di berbagai kota di Indonesia tentang kenaikan harga tersebut.

Saya mengerti bahwa masyarakat - termasuk saya - tidak suka terhadap kenaikan harga ini. Kita protes, kita mengeluh, bahkan beberapa mungkin ada yang marah. Dalam salah satu acara talkshow interaktik di teve pagi hari saya dengar ada seorang ibu menangis karena tidak kuat menahan beban hidup yang selama ini dirasa makin berat.

Tulisan saya di sini tentu bukan untuk mengajak Anda ikut marah dan berdemo. Saya hanya ingin mengatakan bahwa yang namanya kenaikan harga cepat atau lambat pasti akan terjadi. Kalau tidak sekarang, mungkin bulan depan. Kalau tidak bulan depan, mungkin bulan satunya lagi. Atau enam bulan berikutnya. Atau bahkan tahun berikutnya. Meski memang, kenaikan kali ini dilakukan serentak untuk beberapa pos sekaligus.

Lalu, apa yang harus kita lakukan? Berdemo? Tidak ada larangan. Tapi apa yang saya sarankan adalah kenapa kita tidak mulai duduk tenang, berpikir rasional, dan menghadapi kenyataan? Biarlah demo-demo di luar sana tetap berjalan -- semoga pemerintah mendengar aspirasi rakyat. Tapi dari sisi keluarga, Anda juga bisa berbuat sesuatu. Di antaranya meningkatkan kewaspadaan kita pada empat pos pengeluaran keluarga yang punya kecenderungan membengkak. Sebagian di antaranya mungkin sudah pernah kita bahas. Meski demikian, tidak ada salahnya kita ingat kembali dalam menghadapi masa yang sulit ini.

Keempat pos pengeluaran itu adalah:
# Telepon, Listrik dan Air
# Hadiah & Sumbangan
# Busana & Aksesori
# Barang Elektronik

Mari kita bahas keempat hal tersebut satu-per satu.

POS I: TELEPON, LISTRIK, AIR

Kalau kita teliti lebih jauh, Telepon, listrik dan air adalah pos-pos pengeluaran yang punya kecenderungan untuk jadi besar kalau Anda tidak hati-hati. Kenapa demikian? Selain karena ketiganya adalah fasilitas yang akan menunjang keberlangsungan hidup di rumah Anda, alasan lainnya adalah karena pembayaran ketiga pos tersebut dilakukan belakangan, bukan di muka seperti kalau Anda membeli pulsa HP dengan voucher prabayar. Segala sesuatu yang pembayarannya dilakukan belakangan, biasanya akan terasa berat ketika Anda harus membayarnya di akhir.

Telepon

Kita mulai dari telepon dulu. Ada dua komponen yang biasanya Anda bayar pada rekening telepon, pertama adalah biaya langganan, dan yang kedua adalah pulsa. Kalau bicara tentang biaya langganan, mungkin hal itu agak sulit Anda ubah karena jumlahnya memang sudah tetap tiap bulannya. Tapi pembayaran pulsa biasanya ditagih berdasarkan jumlah pemakaian Anda. Nah, bagaimana tipsnya?

1. Stop ngobrol ngalor-ngidul di telepon,

Berbincang dengan teman di telepon memang menyenangkan. Tapi coba perhatikan, apa yang sebetulnya Anda obrolkan ketika berada di telepon: apakah itu sesuatu yang penting sekali, atau apakah Anda menelpon teman hanya agar mereka bisa mendengar suara Anda? Harga pulsa telepon makin mahal. Karenanya, bila apa yang Anda obrolkan tidak penting-penting amat, gunakan telepon seperlunya saja. Karena kalau tidak, jangan kaget bila tagihan telepon membengkak.
2. Kurangi pemakaian internet
Kalau Anda suka berinternet, maka sudah saatnya Anda mengurangi pemakaiannya. Bukan apa-apa, internet sangat mungkin menjadi salah satu sumber membengkaknya rekening telepon Anda. Ini karena dengan internet, Anda punya kemungkinan terjebak dalam pemakaian yang sangat lama. Coba hitung sendiri kalau pemakaian internet Anda mencapai beberapa jam sehari, berapa coba jumlah rekening telepon Anda di akhir bulan. Kalaupun Anda memakai internet, pakai saja untuk e-mail. Kalau Anda harus browsing atau chatting, datang saja ke warnet. Pengeluaran di sana lebih terkendali.
3. Kunci pesawat telepon Anda bila dirasa perlu.
Ya, kalau memang dirasa perlu, kunci saja pesawat telepon Anda. Apalagi kalau jumlah anggota keluarga di rumah cukup banyak. Jangan takut dikatakan pelit. Kalau Anda tidak menguncinya, sementara jumlah anggota keluarga cukup banyak, bisa-bisa Anda harus membayar biaya telepon yang cukup besar karena tingginya frekuensi pemakaian telepon di rumah. Anda pilih mana, tidak dikatai "pelit" tapi harus membayar rekening yang jumlahnya tidak terkendali, atau dikatai pelit karena mengunci telepon tapi jumlah rekening telepon Anda tiap bulannya terkendali.
Listrik

Sekarang kita bicara tentang listrik. Di bawah ini adalah sejumlah tips yang bisa Anda jalankan untuk menghemat biaya listrik Anda:

1. Hindari pemakaian listrik secara serentak di malam hari
Anda suka menyeterika di malam hari ketika semua lampu sedang menyala, bapak sedang nonton sinetron, dan anak-anak sedang mendengarkan radio? Sekarang, kalau Anda juga berada di rumah pada pagi atau siang hari, kenapa Anda tidak menyeterika di pagi atau siang hari? Ini karena kalau semua barang elektronik (yang membutuhkan listrik) digunakan bersama-sama pada malam hari, beban listrik yang harus Anda tanggung akan sangat besar. Mulai sekarang, hindari pemakaian bersama pada malam hari. Sebarlah waktu pemakaian listrik Anda.
2. Ganti AC Anda dengan Kipas Angin atau Exhaust.
AC menyedot beban listrik yang sangat banyak. Kalau Anda tidak ingin beban listrik Anda jadi besar hanya gara-gara AC, kenapa Anda tidak menggantinya dengan kipas angin atau exhaust fan? Keduanya jauh lebih murah daripada AC yang sangat menyedot beban listrik. Kalau Anda tidak terbiasa, cobalah dulu. Dalam dua bulan Anda pasti bisa menyesuaikan diri.
3. Kurangi jumlah pesawat teve Anda
Anda punya banyak teve di rumah? Mungkin satu di ruang tamu, dan satu di setiap kamar? Mulai sekarang, kurangi jumlah teve Anda. Kalau perlu, cukup miliki satu pesawat teve saja di rumah. Taruh di ruang keluarga hingga bisa ditonton ramai-ramai. Selain lebih hemat, hubungan Anda dengan para anggota keluarga pun akan lebih erat karena sering berkumpul bersama.
4. Ganti bohlam dengan lampu neon
Harga lampu neon mungkin jauh lebih mahal dibanding kalau Anda membeli bohlam. Tapi pada prakteknya, listrik yang harus Anda bayar kemudian bisa jadi jauh lebih murah karena energi yang diperlukan lebih hemat. Jadi ibaratnya, dengan lampu neon, Anda kalah dalam membeli, tapi menang dalam memakai. Sudah begitu, lebih terang lagi.
5. Matikan lampu atau barang elektronik bila sedang tidak digunakan
Mungkin sudah Anda tahu, ya. Tapi pada prakteknya kita sering lupa atau mengabaikannya. Teve, misalnya, bila memang tidak ada yang menonton, kenapa dibiarkan tetap nyala? Begitu pula dengan radio, kipas angin, dan tentu saja penerangan.
Air

Sekarang kita bicara tentang air. Dibanding telepon dan listrik, mungkin penggunaan air Anda paling bisa dikendalikan karena boros tidaknya pemakaian air mudah dipantau. Tapi tidak ada salahnya Anda mengetahui sejumlah tips yang bisa Anda lakukan dalam menghemat pemakaian air:

1. Gunakan Pancuran Air
Kalau Anda biasa menggunakan air dengan memakai gayung, cobalah untuk mulai membiasakan diri menggunakan pancuran air (istilah kerennya: shower). Dengan pancuran, air yang Anda pakai akan jauh lebih sedikit, tetapi tersebarnya air tersebut tidak kalah dengan kalau Anda memakai gayung. Bahkan Anda mungkin akan merasakan tekanan air yang lebih besar dan terus menerus. Saya sudah bertahun-tahun memakai pancuran ketika saya mandi, dan rasanya jauh lebih segar dibanding kalau saya memakai gayung.
2. Hindari melubernya air ketika mengisi bak
Anda suka menyalakan keran untuk mengisi bak mandi? Bila ya, kapan Anda mematikan keran itu? Ketika penuh kan? Dan apa yang Anda lakukan sementara keran air tersebut sedang mengisi bak? Jawabannya jelas, Anda pasti melakukan hal lain. Dan sayangnya, ketika Anda kembali ke kamar mandi, bukan sekali dua kali Anda pasti menemukan air yang Anda isi ke dalam bak meluber keluar bak karena kepenuhan. Ini berarti, Anda membayar untuk air yang tidak Anda gunakan. Sayang kan?
Sedikit-sedikit tidak apa-apa, begitu mungkin Anda berpendapat. Tapi kalau ini terjadi tiap hari? Wuuhh...bisa sangat besar pemakaian air Anda yang sia-sia itu. Mulai sekarang, jangan tunggu sampai bak penuh baru Anda mematikan keran. Matikan saja keran ketika air di bak sudah terisi 3/4, dan biasakan melakukannya tiap kali Anda mengisi bak. Risiko air luber pun bisa dihindari.
Nah, para pembaca, pada edisi yang berikutnya, kita akan membahas tentang pos kedua yang bisa membuat pengeluaran Anda membengkak kalau tidak hati-hati, yaitu hadiah & sumbangan. Sampai minggu depan.

Oleh: Safir Senduk
Dikutip dari Tabloid NOVA No. 777/XV

Read More......